Beberapa sumber juga menyebutkan, kesaksian Abu Ubaidah terhadap kesepakatan kelompok-kelompok perwakilan kabilah-kabilah dengan Rasulullah SAW tentang keislaman mereka.
Rasulullah SAW sempat mengirimnya untuk tablig ke Bahrain atau Najran atau Yaman.
Dikutip kisahmuslim.com, Abu Ubaidah menjadi tameng Rasulullah SAW dari lemparan sebuah batu ke yang dilakukan Kafir Quraishi, ketika terjadi Perang Uhud yang terjadi pada tanggal 23 Maret 625 M atau 7 Syawal 3 Hijriyah.
Lemparan itu begitu keras, sehingga dua rantai helm beliau terputus.
BACA JUGA:Bagaimana Cara Menghindari Perbuatan Negatif dan Maksiat? Begini Kata Ustad Felix Siauw
Setelah mendapat izin dari Hadhrat Abu Bakar, kemudian Abu Ubaidah meraih salah satu dari dua rantai tersebut dengan giginya dan mencabutnya begitu keras sehingga beliau terjatuh di tanah dengan punggungnya.
Beliau melakukannya sangat kuat, sehingga dua giginya patah.
Itulah Abu Ubaidah yang selalu siap untuk membantu Rasulullah SAW ketika dalam kesulitan.
Abu Ubaidah juga mendapat didikan dari Rasulullah SAW dalam permasalahan al-wala’ (loyal) dan al-bara’ (tidak loyal), dan ia memahami itu dan sifat baik yang ada padanya juga merupakan didikan Rasulullah SAW.
BACA JUGA:Anak Remaja Sulit Diatur? Begini Cara Mengatasinya
Maka tak heran, Abu Ubaidah memiliki merupakan orang yang berakhlak mulia.
Selain itu beliau merupakan seorang yang sangat tenang, zuhud, dan rendah hati.
Abu Ubaidah bin al-Jarrah akhirnya wafat, setelah terkena wabah thaun yang melanda negeri Syam, tepatnya di masa pemerintahan Umar bin al-Khattab radhiallahu ‘anhu.
Meski telah tiada, tapi kisah beliau yang langsung sigap menolong Nabi Muhammad SAW saat perang, merupakan perbuatan mulai, yang selalu dikenang dan menjadi contoh umat Islam seluruh dunia.
BACA JUGA:Wahana Bangsal Angker Ada di Transmart Ciceri Serang, Siap Uji Nyali?
Karena hal itu yang perlu dicontoh, bahwa kita harus selalu berada didepan membela Islam dimanapun kita berada. *