Melihat guci terakhir jatuh dan pecah, Tan Bun An merasa penyesalan mendalam atas tindakannya yang gegabah.
Tanpa ragu, dia melompat ke sungai untuk mengambil kembali guci-guci yang telah dia buang.
Sang pengawal, setia pada majikannya, juga terjun untuk membantunya.
Namun, nasib tragis menimpa mereka.
BACA JUGA:5 Jurusan Kuliah Ini Anti Ribet, Terdapat di Kampus QS WUR 2024, Tertarik?
Keduanya tidak pernah muncul ke permukaan sungai lagi, meninggalkan Siti Fatimah dalam kepanikan.
Dalam ketakutan dan cinta yang mendalam, Siti Fatimah mengambil keputusan yang sama seperti Tan Bun An dan pengawalnya.
Mereka semua tenggelam dalam sungai, merangkai cerita cinta abadi mereka dengan akhir yang menyedihkan.
Hingga hari ini, Pulau Kemaro menjadi tempat yang dihormati sebagai penanda cinta mereka yang mendalam dan nasib tragis.
BACA JUGA:Ada Bantuan Bagi 21 Juta Pemilik e-KTP, Cair untuk 3 Bulan, Cek Namamu Disini!
Sedangkan menurut legenda yang lain, seorang putri bernama Dewi Kemaro jatuh cinta dengan seorang pedagang Tionghoa bernama Chen Zaifeng.
Namun cinta mereka dilarang dan Dewi Kemaro terpaksa menikah dengan orang lain.
Patah hati Dewi Kemaro berubah menjadi batu dan bersumpah untuk menunggu Chen Zaifeng di sebuah pulau kecil di Sungai Musi.
Pulau ini kemudian dikenal sebagai Pulau Kemaro atau Pulau Kemaro.
BACA JUGA:5 Jurusan Soshum Favorit Anak IPA di Kampus QS WUR 2024, Ada Jurusan Idamanmu?
Seiring berjalannya waktu Pulau Kemaro menjadi situs keramat bagi masyarakat Tionghoa Indonesia setempat yang percaya, bahwa pulau tersebut memiliki kekuatan mistis dan dapat mengabulkan keinginan.