Dalam dunia ilmu pengetahuan terutama filsafat, ia mempunyai pandangan terutama terkait perbuatan manusia.
Ia membagi manusia menjadi dua, yakni perbuatan hewani dan manusiawi.
Perbuatan hewani didasari pada naluri untuk memenuhi kebutuhan atau keinginan hawa nafsu.
Sedangkan, perbuatan manusiawi didasari pada rasio dan kemauan yang bersih lagi luhur.
BACA JUGA:Honda Vario 160 Street Bikin Ngiler, Harganya Cuma Rp20 Jutaan, Lebih Gagah dari Yamaha NMax
Berkaitan dengan filsafat politik, Ibnu Bajjah juga pernah membahas mengenai konsep negara.
Menurutnya negara itu ada dua macam, yaitu negara utama/sempurna (al- madinat al- faḍilat) dan negara yang tidak sempurna.
Pemikiran Ibnu Bajjah tersebut sejalan dengan Al-Farabi.
Perbedaannya terletak pada penekanan terkait negara tersebut Al-Farabi menitikberatkan pada kepala negara, sementara Ibnu Bajjah menitikberatkan pada warga negara (masyarakat).
BACA JUGA:Teras Rumah Minimalismu Tanpa Pagar? Yuk, Percantik dengan Tanaman Hias dan Pintu Berdesain Unik
Ia juga menpunyai beberapa karya penting Ibnu Bajjah dalam bidang Filsafat, seperti Kitab Tadbīr al-Mutawaḥḥid.
Kitab itu merupakan kitab yang paling terkenal dan penting dari seluruh karya tulis yang ia buat.
Kitab Tadbīr al-Mutawaḥḥid ini isinya tentang akhlak dan politik serta usaha individu menjauhkan diri dari seluruh keburukan dalam masyarakat, yang disebut sebagai insān muwaḥḥid (manusia penyendiri).
Kemudian ada kitab yang diberi judul Risālat al-wadā’.
Kitab tersebut membahas tentang penggerak pertama (Tuhan), manusia, alam, dan kedokteran.