Selanjutnya Syekh Bahri belajar sekaligus ke Tanah Suci Makkah di Madrasah Darul Ulum Makkah, di sana ia mengambil ilmu dari beberapa ulama antara lain:
1. Sayyid Muhsin al-Musawa,
2. Syekh Mukhtar ‘Utsman Makhdum,
3. Syekh ‘Abdullah Muhammad Niyar,
BACA JUGA:Diakah Pemain Keturunan Grade A Berikutnya yang Akan Jadi Bagian Timnas Indonesia?
4. Syekh Hasan al-Masysyath,
5. Syekh Husain bin ‘Abdul Ghani Palembang,
6. Syekh Umar bin Hamdan al-Mahrisi,
7. Sayyid ‘Alawi bin ‘Abbas al-Maliki.
BACA JUGA: BLT Rp200.000 Cair Lagi Mulai Hari Ini di Beberapa Daerah, Cek Nama Penerima Disini !
Sepulang menuntut ilmu di Mekkah, Syekh kemudian pulang kampung, beliau langsung berpengalaman, berdakwah, serta mengajar di Sakatiga Ogan Ilir, tempat ia dulu menimba ilmu.
Sedangkan daerah garapan dakwahnya di antaranya di Pangkalan Lampam, Selapan, Sungai Bungin, Sungsang dan sekitarnya.
Di tahun 1981, ia mendirikan sebuah pesantren yang diberi nama Ma’hadul Haramain di desanya.
Selain gurunya di atas, Syekh Bahri juga mengambil ijazah Tarekat ‘Alawiyah kepada Habib ‘Abdullah bin ‘Abdul Qodir Bilfaqih Malang, sedangkan gurunya di Palembang antaranya Habib ‘Ali bin Abu Bakar al-Kaff (Kiai Yayik) belajar ilmu hikmah, dan Habib Masyhur bin Hasan al-Khirid (wafat di Cimahi), ia belajar ilmu qira’at.
BACA JUGA:Shin Tae-yong Inginkan Pemain Asal Belanda Ini? Opsi Tepat Untuk Lini Serang Timnas Indonesia
Kitab yang disusun Kiyaih H. Bahri berjudul Auradul Hakim ditulis tahun 1969 M.