PALEMBANG, PALPRES.COM - Tradisi cium hidung atau hongi masih tetap eksis di kalangan masyarakat Sumba sampai sekarang.
Tradisi cium hidung atau hongi ini sudah ada sejak zaman nenek moyang leluhur suku Sumba.
Suku Sumba adalah suku yang menetap di pulau Sumba, provinsi Nusa Tenggara Timur.
Hal ini dianggap aneh oleh masyarakat awam yang tidak mengetahui maknanya bahkan menganggap aktivitas tersebut sebagai bentuk praktik tidak sesuai adat ketimuran.
BACA JUGA:Periksa NIK KK Anda, Ada 3 BLT Cair Minggu Depan Hanya untuk Kategori Ini
Hongi adalah simbol persatuan dan persaudaraan dalam budaya suku Sumba.
Menurut tradisi Hongi, praktiknya yaitu dua orang saling mendekat dan menyentuh hidungnya.
Tindakan ini dilakukan sebagai tanda salam, rasa hormat dan persaudaraan antara dua individu atau kelompok.
Hongi merupakan salah satu cara masyarakat Sumba menunjukkan rasa hormat dan kedekatan emosional satu sama lain.
BACA JUGA:Cek NIK Kamu Disini! Ada BLT Rp1.500.000 Bagi 10 Juta Penerima, Cair Senin Ini
Dalam budaya suku Sumba, hongi juga sering ditampilkan pada berbagai kegiatan upacara adat.
Hongi sering dibawakan dalam berbagai upacara adat suku Sumba seperti pada upacara pernikahan, hongi dibawakan sebagai tanda persatuan antara dua keluarga yang akan dipersatukan melalui perkawinan.
Selain itu, Hongi juga dibawakan pada saat upacara pemakaman sebagai penghormatan terakhir kepada jenazah.
Pada tanggal 13 Juli 2017 silam di Kabupaten Sumba Barat Daya saat penutupan Parade 1001 Kuda dan pembukaan Festival Tenun Ikat, Presiden Jokowi turut serta dalam praktik adat tersebut.
BACA JUGA:Jangan Sampai Hangus, Ayo Ambil Dana Bansos PKH Rp750 Ribu dan BPNT Rp600 Ribu Sebelum Tanggal Ini