Pihak keluarga si pemuda akan menggelar acara syukuran sederhana sebagai bentuk rasa syukur.
Konon katanya, keberhasilan atau kegagalan akan menjalankan Hombon Batu dipengaruhi oleh garis keturunan si pemuda.
Jika ayah atau kakeknya adalah pelompat yang bagus, maka ia akan berhasil melakukannya.
Sebagai wujud kehebatan Suku Nias, ada tarian tradisional yang menggambarkannya, namanya Tarian Adat Foluaya.
Tarian ini diperagakan oleh para pemuda suku Nias yang membawa baluse (tameng), gari (pedang), dan Toho (tombak) sebagai properti yang menunjukkan jiwa kesatria dan kehebatannya.
Kita bisa menyaksikan langsung tradisi Homba Baru ini di desa adat Bawomataluo.
Desa ini menyimpan berbagai macam peralatan perang dan peninggalan megalitik lainnya, serta tradisi budaya suku Nias.
Belanda Kocar Kacir Melawan Suku Nias
BACA JUGA:Mengenal Suku Kitava, Suku yang Kebal Akan Jerawat. Kenapa Bisa Begitu?
Sejarah mengungkapkan kalau Belanda tidak bisa menaklukkan tanah Nias karena kehebatan penduduknya.
Dilansir dari berbagai sumber, Belanda sudah tiga kali melakukan ekspedisi ke Tano Niha pada 1756, 1855, dan 1856.
Namun kehebatan prajurit suku Nias membuat Belanda kocar kacir sebelum menyentuh tanah Nias.
Raja Orahili memimpin suku Nias saat itu, sehingga orang Belanda menyebutnya "De Verdijver der Hollanders" yang artinya Pengusir orang-orang Belanda.