Berada di antara dua sungai, yaitu sungai Batang Sukam dan sungai Batang Kulampi yang dikelilingi oleh hutan, perbukitan, dan persawahan sehingga menciptakan suasana yang asri.
Menurut sejarah, kawasan ini menjadi saksi bisu peradaban Kerajaan Pagaruyung sejak abad ke-14.
Terhitung ada 76 rumah Gadang yang masih berdiri kokoh di kampung adat ini.
Selain menjadi destinasi wisata, beberapa rumah Gadang disini juga masih berfungsi sebagian tempat tinggal dan adapula khusus dijadikan sebagai objek untuk dikunjungi.
Di dalamnya, kamu bisa menemukan berbagai perabotan kuno yang masih terjaga dengan baik.
Rumah Gadang di Kampung Adat Nagari Sijunjung digunakan untuk berbagai keperluan seperti kumpul keluarga, pernikahan, dan acara budaya lainnya.
Kampung ini mempunyai tradisi unik lho!
Namanya “Bakaua Adat” yang merupakan salah satu cara masyarakat mengungkapkan rasa syukur kepada Allah SWT atas hasil panen padi.
BACA JUGA:Benarkah Tidak Ada Rumah Makan Padang di Padang? Ini Penjelasannya
Selain itu, desa ini memiliki beragam kuliner dan oleh-oleh seperti galamai, songket, dan bajamba.
Dikelilingi oleh pemandangan alam yang menyejukkan mata, jangan lupa untuk kamu mengabadikan momen-momen indah selama perjalanan disana ya!
Kampung yang berdiri sejak abad ke-16 ini, masih terus diupayakan pelestariannya oleh masyarakat dan pemerintahan setempat.
Pada tahun 2014, Rumah Tradisional Padang Ranah Nagari Sijunjung didaftarkan sebagai warisan budaya tak bergerak oleh Balai Pelestarian Budaya Sumatera Barat.
BACA JUGA:4 Tempat Sensasi Makan di Atas Perahu di Palembang, Bonus View Jembatan Ampera!
Pada tahun 2017, Kampung Adat Jorong Padang Ranah dan Jorong Tanah Bato juga didaftarkan sebagai warisan budaya nasional oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.