Tujuannya adalah untuk memudahkan pengumpulan sumber daya alam.
Seperti rempah-rempah, kopi, dan batu bara, serta untuk mengatur produksi dan perdagangan komoditas ini.
Hal ini menciptakan tidak setaraan dalam distribusi sumber daya ekonomi, dengan Belanda menjadi pihak yang mendominasi.
BACA JUGA:3 Kota Terpanas di Provinsi Jawa Barat: Nomor 1 Ternyata Bukan Bekasi, Tebak Apa?
Ketika bahasa Belanda digunakan dalam lingkungan ini, fokusnya adalah, pada komunikasi administratif dan ekonomi, bukan pada pengajaran bahasa kepada penduduk lokal.
Bahasa Belanda hanya diperlukan dalam konteks yang terbatas dan sering kali hanya dikuasai oleh pejabat kolonial, pedagang, dan kaum elite yang memiliki kepentingan ekonomi.
Inilah yang membuat bahasa Belanda tetap menjadi alat eksklusif yang lebih berkaitan, dengan kepentingan penjajah daripada penduduk asli.
Itulah kedua alasan yang dapat menjawab kenapa rata-rata orang Indonesia, tidak bisa berbahasa Belanda meskipun negara kincir angin itu dikenal lama menjajah negeri ini.
BACA JUGA:7 Tempat Wisata Hidden Gem di Lampung, Wajib Masuk List Liburan Cocok Untuk Refreshing!
Maka dengan demikian, alasannya adalah karena bahasa Belanda tidak diajarkan secara luas kepada penduduk lokal, dan fokus penggunaannya adalah pada kepentingan penjajah.
Dengan kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945 dan perubahan dalam hubungan antara Indonesia dan Belanda, penggunaan bahasa Belanda di Indonesia semakin berkurang.
Meskipun bahasa Belanda tetap memiliki sejarah dan pengaruh yang kuat di Indonesia.
Bahasa Indonesia menjadi bahasa nasional yang lebih dominan dan digunakan secara luas dalam berbagai aspek kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia.
BACA JUGA:Healing Tipis-Tipis! 5 Objek Wisata Terpopuler dan Terhits di Palembang, Ajak Bestie Lebih Seru
Bahasa Belanda tetap menjadi bagian dari sejarah, tetapi bukanlah bahasa yang diwariskan secara luas kepada penduduk Indonesia.