Sebagai bentuk penghormatan pada presiden RI tersebut.
Namun reaksi yang didapat pada saat itu adalah Bung Karno keberatan, setelah adanya perang anti-Sukarno pada waktu itu.
Akhirnya terpilihlah nama Jembatan Ampera yang pernah jadi slogan Indonesia di tahun 1960-an, yaitu Amanat Penderitaan Rakyat (Ampera).
Kemudian nama itulah yang melekat, dan terkenal sampai sekarang di masyarakat Palembang khususnya.
Jembatan Ampera yang bangun pada tahun 1962 ini ternyata diresmikan oleh Letnan Jenderal Ahmad Yani.
Peresmian Jembatan Ampera ini adalah agenda terakhir Jenderal Ahmad Yani di Palembang, sebelum peristiwa G30S/PKI yang pada sejarahnya telah merenggut nyawa sang jenderal.
Pada masa itu Jembatan Ampera dijuluki dengan jembatan terpanjang di Asia Tenggara.
Dengan panjang 1.117 m dan lebar 22 meter. Jembatan Ampera ini dulu sangat canggih.
Bagian tengah jembatan bisa diangkat ke atas supaya tiang kapal yang melintas di bawahnya tidak tersangkut pada badan jembatan.
Bagian tengah tersebut bisa diangkat dengan menggunakan peralatan mekanis serta 2 bandul pemberat dengan masing-masing berat sekitar 500 ton pada 2 menaranya.
Dengan memiliki kecepatan kurang lebih 10 meter per menit, total waktu yang dibutuhkan untuk dapat mengangkat semua jembatan yaitu 30 menit.
Keunikan terakhir adalah Jembatan Ampera terkenal memiliki warna merah yang menyala.
Akan tetapi sebelumnya sudah mengalami tiga kali pergantian warna.
Saat pertama kali dibangun, Jembatan Ampera dicat dengan warna abu-abu.
Lalu diganti dengan warna kuning pada 1992, kemudian terakhir diganti lagi dengan cat berwarna merah pada 2002 hingga sekarang.
Membuat jembatan ini nampak kokoh dan gagah berdiri megah di pusat Kota Palembang.