PALEMBANG, PALPRES.COM - Artikel ini akan mengulas filosofi dan makna di balik perkutut katuranggan noroyono yang cocok dipelihara seorang pemimpin.
Pasalnya perkutut katuranggan Noroyono, dikenali dari sikapnya yang selalu menunduk dan kelembutannya, dipercaya memiliki tuah dan pesan tersirat yang penting.
Kepalanya yang senantiasa menunduk menandakan sifat rendah hati, sebuah pesan simbolis yang dapat diterapkan bagi seorang pemimpin masa kini.
Dikenal dengan sebutan Krisna, perkutut noroyono dianggap sebagai pelindung dan pengayom bagi seluruh individu.
BACA JUGA:Diburu Kolektor Karena Tuah dan Keistimewaannya, 3 Jenis Burung Perkutut Pembawa Kekayaan dan Hoki
Kehadirannya memberikan pesan tersirat tentang kepemimpinan yang diharapkan, mengajarkan pemimpin untuk selalu bersikap rendah hati, sambil memberikan perlindungan bagi yang dipimpin.
Filosofi ini menyiratkan perlunya kesederhanaan, penyerahan diri, dan pembelajaran kontinu.
Menurut kepercayaan ini, sikap menunduk menggambarkan kebijaksanaan yang diambil dari sifat bumi atau tanah, yang dalam mitologi Jawa diasosiasikan dengan Batara Wisnu.
Batara Wisnu diibaratkan sebagai representasi bumi yang memberikan kelimpahan dan berbakti.
Seorang pemimpin yang memiliki sifat bumi dinilai memiliki kekayaan hati, kesabaran, dan kemurahan jiwa yang menjadi landasan bagi keberhasilan bersama.
Sifat-sifat bumi, meskipun fleksibel dan adaptif, juga memiliki keteguhan dan stabilitas yang tidak mudah terprovokasi.
Bersifat melayani, memberi, dan menjadi pondasi bagi kehidupan, sifat bumi menunjukkan kesederhanaan dalam kekuatan yang dimilikinya.