MUBA, PALPRES.COM - Di tengah gempuran era gadget yang semakin melanda, permainan gasing tetap memikat hati para generasi muda di Musi Banyuasin.
Gasing adalah sebuah permainan yang bisa berputar pada poros dan yang memiliki keseimbangan pada suatu titik.
Generasi tahun 80 hingga 90 an pasti mengetahui permainan satu ini, mengingat gasing adalah salah satu permainan tradisional nusantara.
Di berbagai daerah di Indonesia, kita sering kali menjumpai permainanan yang dimainkan dengan cara melilitkan tali ke leher gasing.
BACA JUGA:Ini Resep Lauk Batang Keladi yang Enak Banget, Menu Tradisional Indonesia yang Bisa Dicoba
Setelah di lilitkan, lalu di ayunkan ke arah tanah atau ke tempat arena dan talinya di lepaskan dengan cepat.
Permainan gasing dulunya sangat populer di kalangan anak-anak hingga orang dewasa juga ikut memainkannya.
Hingga kini permainan ini masih populer dan masih banyak dimainkan oleh anak-anak di sejumlah daerah, misalnya di daerah Musi Banyuasin.
Permainan gasing, sebuah warisan budaya dari Musi Banyuasin, masih terus berkembang dan disukai oleh sejumlah anak-anak di daerah tersebut, meski di tengah pesatnya perkembangan zaman dan teknologi.
BACA JUGA:Kue Tradisional Indonesia Ini Warisan Jaka Tingkir, Rasanya Terkenal Manis dan Legit
BACA JUGA:Kuliner Tradisional Indonesia, Ini Resep Membuat Kue Putu Ayu Khas Jawa
Gasing tetap menjadi bagian tak terpisahkan dari kegiatan kebudayaan, seperti Pekan Kebudayaan Daerah Musi Banyuasin, berbagai event kebudayaan tingkat provinsi, bahkan dalam perayaan kemerdekaan pada 17 Agustus.
Tangkai lomba gasing seringkali dipusatkan di Museum Penghulu Muhammad Soleh, yang menjadi lokasi ikonik bagi permainan tradisional ini di Kabupaten Musi Banyuasin.
Mengutip dari laman website Giwang Sumsel, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, Dr. Iskandar Syahriyanto MH, yang diwaliki oleh Kepala Bidang Kebudayaan, Henri S.Pd. M.Si mengatakan, Gasing adalah bagian tak terpisahkan dari warisan tradisional Musi Banyuasin yang terus dilestarikan.