BACA JUGA:Diperingati 22 Desember, Inilah Sejarah dan Makna Peringatan Hari Ibu
BACA JUGA:Penuh Haru! Ini 8 Buku Novel Fiksi Sejarah Populer, Ada Cerita Kisah Cinta hingga Berbau Politik
Walau demikian, perempuan di Indonesia masih menghadapi sejumlah tantangan yang perlu diatasi untuk bisa optimal berpartisipasi di ranah politik.
Umi menjelaskan salah satu tantangan yang dihadapi perempuan Indonesia dalam terjun ke dunia politik adalah stereotip dan gender bias.
Meskipun ada peningkatan jumlah perempuan yang terlibat dalam politik, mereka sering kali dihadapkan pada anggapan bahwa perempuan tidak mampu dan kurang kompeten dalam kepemimpinan politik.
Stereotip ini menjadi penghalang bagi perempuan untuk mendapatkan posisi yang setara dengan laki-laki di dunia politik.
BACA JUGA:Collaborative Governance dalam Implementasi Nilai-nilai Toleransi Menjelang Tahun Politik 2024
BACA JUGA:Menag Yaqut Cholil Quomas Minta Masjid Tidak Dijadikan Sarana Politik Praktis
Selain itu, perempuan juga masih dihadapkan pada peran tradisional yang diharapkan dari mereka, seperti menjadi ibu dan menjaga keluarga.
Hal ini membuat mereka sulit untuk mencari waktu dan kesempatan untuk terlibat aktif dalam politik.
Perempuan juga seringkali dihadapkan pada citra perempuan yang diharuskan tampil santun dan berpenampilan menarik, sehingga sulit bagi mereka untuk diterima secara serius di dunia politik.
Keberpihakan publik terhadap perempuan yang memilih mengambil peran publik dalam politik juga menjadi kunci dalam mengatasi tantangan ini.
BACA JUGA:Pemerintah Bagikan 500 Ribu Rice Cooker Gratis November Ini, Bukan Kebijakan Politik
Masyarakat perlu memberikan kesempatan yang setara bagi perempuan untuk terlibat dalam politik, serta menghargai dan mendukung keputusan mereka.
Selain itu, publik juga perlu memahami bahwa keberagaman dalam politik, termasuk kehadiran perempuan, akan memberikan perspektif yang lebih luas dan mewakili kepentingan semua warga negara.