Adanya keberagaman sumber energi di bumi Indonesia ini bisa dimaksimalkan untuk mendorong bauran energi agar energi bersih bisa berkembang lebih cepat lagi.
Secara garis besar, dapat terlihat bahwa perusahaan energi global menyikapi transisi energi dalam 3 kelompok berbeda, ada yang mengambil strategi go green dan mendivestasi seluruh industri migasnya.
Ada yang melanjutkan industri migas dengan mengalokasikan sebagian investasinya untuk pertumbuhan green energi.
Ada pula tetap menjaga pertumbuhan industri migasnya dengan solusi dekarbonisasi melalui Carbon Capture Storage/Carbon Capture Utilization Storage (CCS/CCUS) seperti yang saat ini sedang dijalankan PHE.
BACA JUGA:Wujudkan Energi yang Berkelanjutan dan Efisien, PHE OSES Raih Penghargaan Subroto Tahun 2023
PHE juga sedang mempelajari salah satu energi yang sangat bersih yaitu gas hydrogen yang bersumber langsung dari alam.
"Selain eksplorasi migas, kami juga sedang mempelajari sumber energi baru dari alam yang lebih bersih yang dikenal sebagai geologic hydrogen atau gold hydrogen.
Yang paling menarik lagi, satu kilogram hidrogen bisa menghasilkan 40 kilo watt hour, artinya ini adalah pembakaran yang sangat bagus," pungkas Muharram.
PHE akan terus berinvestasi dalam pengelolaan operasi dan bisnis hulu migas sesuai prinsip Environmental, Social, and Governance (ESG).
BACA JUGA:Jajaran Direksi Pertamina Hulu Energi Mengalami Perubahan, Berikut Ini Nama dan Jabatannya
PHE telah terdaftar dalam United Nations Global Compact ("UNGC") sebagai member sejak Juni 2022.
PHE berkomitmen pada Sepuluh Prinsip Universal atau Ten Principles dari UNGC dalam strategi dan operasionalnya, sebagai bagian penerapan aspek ESG.
Mendukung aspek Governance, PHE juga senantiasa berkomitmen Zero Tolerance on Bribery dengan memastikan pencegahan atas fraud dilakukan dan memastikan perusahaan bersih dari penyuapan.
Salah satunya dengan implementasi Sistem Manajemen Anti Penyuapan (SMAP) yang telah terstandard ISO 37001:2016.