Salah satu presenter film dokumenter asal Kanada melalui channel YouTube Yes Theory mencoba mengungkap apa yang ada di benak warga Yunani terkait negaranya.
BACA JUGA:Bukan Indonesia, Ternyata Negara ASEAN ini Miliki Etnis Tionghoa Terbanyak yang Merayakan Imlek
"Negara ini sangat penuh tekanan karena harga-harga saat ini sangat tidak terkendali dan upah yang stagnan," kata salah seorang warga, sebagaimana dikutip Express, Senin 18 Maret 2024.
Warga lain juga berbicara tentang betapa tidak senangnya masyarakat Yunani terhadap perekonomian negara yang terkenal sangat menderita selama dekade terakhir.
Yunani telah menjadi anggota Uni Eropa sejak tahun 2001, namun masa keanggotaannya di Uni Eropa penuh dengan gejolak politik dan keuangan.
"Di Yunani, kami stres karena perekonomiannya sangat buruk dan pemerintahannya sangat buruk," ujar warga lainnya.
"Segala sesuatu di sini sekarang sangat mahal," tambahnya.
Organisasi Kesehatan Dunia yakni WHO (World Health Organization) mengklaim bahwa gangguan depresi pada remaja telah meningkat dalam satu dekade terakhir.
Permasalahan tersebut juga telah menyebabkan lebih dari 800.000 ribu orang memilih mengakhiri hidup dengan melakukan bunuh diri setiap tahunnya.
Menurut data dari Wisevoter, Yunani menjadi negara dengan rasio depresi paling tinggi di tahun 2023.
Yunani tercatat memiliki rasio depresi di angka 6,52 persen, disusul di bawahnya oleh Spanyol dan Portugal dengan rasio masing-masing berada di angka 6,04 dan 5,58 persen.
Namun uniknya, angka bunuh diri tidak selalu berbanding lurus dengan tingkat rasio depresi.
Yunani tidak menjadi negara dengan angka bunuh diri tertinggi.
Posisi pertama sebagai negara dengan angka bunuh diri tertinggi justru diduduki oleh Lesotho dengan rasio di angka 72,4 per 100 ribu jiwa.
Disusul oleh Guyana dan Eswatini dengan angka bunuh diri masing-masing berada di angka 40,3 dan 29,4 per 100 ribu jiwa.