Bank Indonesia Pertahankan BI Rate 6,00 Persen dengan Tetap Menjaga Stabilitas dan Pertumbuhan Ekonomi

Jumat 22-03-2024,11:46 WIB
Reporter : Bethanica
Editor : Juli Aulia

Bank Indonesia memperkuat sinergi kebijakan dengan Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) untuk menjaga stabilitas sistem keuangan dan mendorong kredit/pembiayaan kepada dunia usaha, khususnya pada sektor-sektor prioritas. 

Bank Indonesia juga terus memperkuat dan memperluas kerja sama internasional, termasuk mempercepat konektivitas sistem pembayaran dan transaksi menggunakan mata uang lokal.

BACA JUGA:Sinergi Insan Wartawan dan Bank Indonesia Sumsel Lewat Capacity Building

Momentum pemulihan ekonomi global berlanjut, di tengah ketidakpastian pasar keuangan yang masih tinggi. 

Pertumbuhan ekonomi global pada 2024 diprakirakan mencapai 3,0 persen.

Pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat (AS) tetap kuat ditopang oleh permintaan domestik.

India juga tumbuh lebih baik dari prakiraan didukung oleh investasi pemerintah dan swasta.

Sementara itu, prospek ekonomi Tiongkok tetap belum kuat, meskipun sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan proyeksi sebelumnya didorong peningkatan stimulus fiskal.

BACA JUGA:Diklat Kader Bela Negara PCPM Bank Indonesia 2024 Resmi Ditutup, Kabadiklat Kemhan Harapkan Ini

Harga komoditas meningkat didorong oleh naiknya biaya angkut karena ketegangan geopolitik dan ketatnya pasokan akibat faktor cuaca.

Berbagai perkembangan tersebut mengakibatkan laju penurunan inflasi global tertahan, dengan inflasi di negara maju masih di atas targetnya.

Suku bunga Fed Funds Rate (FFR) diprakirakan baru menurun pada semester II 2024.

Ketidakpastian pasar keuangan global masih tinggi tecermin pada yield US Treasury yang meningkat sejalan dengan premi risiko jangka panjang dan inflasi yang masih di atas prakiraan pasar.

BACA JUGA:Inflasi Oktober 2,56 Persen, Bank Indonesia Perkuat Baruan Kebijakan Moneter

Perkembangan ini mendorong berlanjutnya penguatan dolar AS secara global, lebih terbatasnya aliran masuk modal asing, dan meningkatnya tekanan pelemahan nilai tukar di negara emerging market.

Kondisi tersebut memerlukan penguatan respons kebijakan untuk memitigasi dampak negatif rambatan global tersebut, termasuk di Indonesia.

Kategori :