Pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap kuat.
Perkembangan ini didorong oleh permintaan domestik yang baik di konsumsi rumah tangga dan investasi.
Investasi bangunan lebih tinggi dari prakiraan, ditopang oleh berlanjutnya Proyek Strategis Nasional (PSN) di sejumlah daerah dan berkembangnya properti swasta sebagai dampak positif dari insentif pemerintah.
Konsumsi rumah tangga dan investasi nonbangunan tetap terjaga, meskipun perlu terus didorong untuk mendukung berlanjutnya pemulihan ekonomi nasional.
Tetap baiknya permintaan domestik tecermin pada sejumlah indikator, seperti Indeks Keyakinan Konsumen, Indeks Penjualan Riil, dan PMI Manufaktur yang berada di zona optimis.
Sementara itu, ekspor barang diprakirakan belum kuat seiring penurunan permintaan dari negara mitra dagang utama, khususnya untuk komoditas CPO, besi baja, dan batu bara, sedangkan ekspor jasa khususnya pariwisata tumbuh kuat. Dengan berbagai perkembangan tersebut, pertumbuhan ekonomi 2024 diprakirakan berada dalam kisaran 4,7-5,5%.
Bank Indonesia akan terus memperkuat sinergi stimulus fiskal Pemerintah dengan stimulus makroprudensial Bank Indonesia untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, khususnya dari sisi permintaan domestik.
Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) tetap baik sehingga mendukung ketahanan eksternal.
Prospek neraca transaksi berjalan triwulan I 2024 sedikit menurun, dipengaruhi oleh menipisnya surplus neraca perdagangan barang.
Pada Februari 2024, neraca perdagangan mencatatkan surplus sebesar 0,9 miliar dolar AS, menurun dibandingkan dengan surplus pada bulan sebelumnya sebesar 2,0 miliar dolar AS.
Sementara itu, aliran masuk modal asing, khususnya investasi portofolio, terus berlanjut sehingga secara kumulatif sejak awal tahun hingga 18 Maret 2024 masih mencatat net inflows sebesar 1,4 miliar dolar AS, meskipun sempat terjadi outflows pada bulan Maret 2024 dipicu masih tingginya ketidakpastian pasar keuangan global.
Posisi cadangan devisa Indonesia akhir Februari 2024 tetap tinggi sebesar 144,0 miliar dolar AS, setara dengan pembiayaan 6,5 bulan impor atau 6,3 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri Pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.
Secara keseluruhan, NPI 2024 diprakirakan tetap baik dan mencatatkan surplus dengan transaksi berjalan dalam kisaran defisit rendah sebesar 0,1% sampai dengan 0,9% dari PDB.
Sementara itu, neraca transaksi modal dan finansial diprakirakan melanjutkan surplus didukung oleh aliran masuk modal asing yang dipengaruhi persepsi positif investor terhadap prospek perekonomian nasional dan imbal hasil investasi yang menarik.
Nilai tukar Rupiah tetap terkendali didukung oleh kebijakan stabilisasi Bank Indonesia.
Nilai tukar Rupiah pada Maret 2024 (hingga 19 Maret 2024) relatif stabil dipengaruhi oleh kebijakan stabilisasi yang ditempuh Bank Indonesia, di tengah dinamika penyesuaian aliran modal asing di pasar keuangan domestik sejalan dengan ketidakpastian pasar keuangan global yang masih tinggi.