PALPRES.COM- Bank Indonesia Provinsi Sumatera Selatan menggelar Diseminasi Laporan Perekonomian Provinsi (LPP) Triwulan IV 2023 dan talkshow 'Strategi dan Tantangan Memperkuat Potensi Pertambangan Sumatera Selatan sebagai Lumbung Energi Nasional'.
Kepala Kanwil Bank Indonesia Provinsi Sumsel, Ricky P Gozali dalam kesempatan tersebut mengatakan, pertumbuhan ekonomi di Sumatera Selatan diprediksi akan tetap kuat meski sepanjang tahun 2023 lalu mengalami perlambatan.
Ricky memaparkan, Sepanjang tahun 2023, pertumbuhan ekonomi Sumsel tercatat 5,08 persen lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya di angka 5,23 persen year on year.
Dijelaskan Ricky, jika perlambatan ekonomi di Sumsel disebabkan oleh penurunan produksi batu bara akibat approval terhadap Rencana Kerja dan Anggaran Biaya (RKAB) yang terlambat.
BACA JUGA:Beri Apresiasi Program ‘Susur Sungai’ Bank Indonesia, Ratu Dewa: Ada Nilai Budaya Disitu!
"terjadinya kebakaran hutan dan lahan yang melanda Sumsel, sehingga memberikan dampak terhadap penurunan kinerja konsumsi rumah tangga,"jelas Ricky.
Hanya saja, meski pada triwulan IV mengalami perlambatan, kinerja pertumbuhan ekonomi Sumsel masih lebih baik dibandingkan pertumbuhan nasional.
Beberapa faktor pendorong kinerja ekonomi pada triwulan IV 2023 ditopang oleh lapangan usaha pertambangan dan penggalian serta industri pengolahan.
“Kami tetap optimistis bahwa prospek ekonomi pada tahun 2024 akan membaik, terlebih hal itu didukung oleh penyelenggaraan pemilu, penyelesaian proyek strategis nasional, dukungan optimalisasi lahan tabama, cuaca yang lebih terkendali, pembangunan infrastruktur angkutan batu bara, serta pembangunan pabrik tisu di OKI,” ujarnya.
Sementara untuk inflasi, laju inflasi Sumsel pada 2023 tercatat sebesar 3,17% (yoy). Hal ini menurun dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 5,94% (yoy) dan terjaga dalam kisaran inflasi nasional 3±1%.
Terjaganya inflasi di Sumsel ini, didukung oleh berbagai upaya pengendalian inflasi yang terus dilakuan melalui sinergi GNPIP dan GSMP yaitu adanya bantuan alat dan mesin pertanian, penyaluran bibit unggul, kerja sama antar daerah, serta pelaksanaan pasar murah di berbagai wilayah Sumsel.
Ricky juga menjelaskan bahwa pada 2024 inflasi Sumsel akan tetap terjaga, pada kisaran target inflasi 2,5±1%.
Hal ini tidak terlepas dari upaya TPID dalam Gerakan Pengendalian Inflasi Serentak Sumatera Selatan (GPISS) dan Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP), penguatan nilai tukar rupiah, membaiknya kondisi cuaca yang mendukung produktivitas pertanian, serta bertambahnya rute dan frekuensi penerbangan.