Mereka yang mendapatkan angpao atau THR ini adalah anak-anak atau kerabat yang belum bekerja.
Sementara itu, Ustadz Ahmad Firdaus SAg MSi mengatakan, tradisi sanjo menjadi salah satu budaya yang selalu dilakukan saat menyambut Hari Raya Idul Fitri maupun Idul Adha di Palembang.
"Tradisi Sanjo ketika lebaran ini mampu menjadi salah satu bentuk ungkapan kegembiraan serta rasa syukur atas datangnya Hari Raya Idul Fitri," tuturnya.
Selain itu juga, Sanjo juga menjadi ajang guna mempererat tali persaudaraan dan kebersamaan antarwarga Palembang.
Sanjo merupakan kearifan lokal yang selayaknya dipertahankan dan dilestarikan.
Bayangkan, betapa senangnya bisa silaturrahim sesama keluarga di hari Lebaran.
Saling kunjung-mengunjungi sembari bermaaf-maafan.
Rumah-rumah dibuat semarak sesuai kemampuan sang empunya rumah.
Ada yang sibuk membersihkan rumah, mungkin banyak pula yang mengecat rumah dan menganti gorden.
Saling sanjo bisa membuat keluarga saling mengunjungi dan saling memahami kondisi sanak saudara yang lain.
Meski makanan yang disajikan hampir sama di setiap rumah, kue kering, kue basah (dari engkak sampai kue lapan jam), pempek dan tekwan juga, makanan tetap disantap dengan semangat.
Inilah keseruan dari sanjo.
Semua makanan khas Palembang disajikan.
Kaum ibu dan remaja putri bisa saling mencicipi kue dan berbagi resep.