Sepuluh hari setelah Ayahnya wafat, hingga diasingkan Belanda pada 1 Juli 1821.
BACA JUGA:Elkan Baggott Pulih dari Cedera, Bisa Bela Timnas Indonesia U-23 di Piala Asia U-23 2024?
BACA JUGA:Siap? Bank BRI Membuka Lowongan Kerja BUMN Terbaru Melalui Program Rekrutmen
Nama lahirnya sebelum berkuasa adalah Raden Muhammad Hasan Pangeran Ratu.
Dalam masa pemerintahannya, dia beberapa kali memimpin pertempuran melawan Inggris dan Belanda.
Diantaranya yang disebut Perang Menteng.
Pada saat Bulan Suci Ramadan, Juni 1821, pihak Belanda melakukan melakukan serangan mendadak ke Palembang.
BACA JUGA:Timnas Indonesia U-23 Jadi Skuad Termuda di Piala Asia U-23, Segini Rata-rata Usianya
Saat itu keluarga kesultanan sedang makan Sahur, dan tak menyangka Belanda melakukan serangan.
Serangan Belanda tersebut tidak menyurutkan semangat perjuangan para pejuang Palembang.
Namun karena kalah segalanya, pada 25 Juni 1821 Palembang jatuh ke tangan Belanda.
Sebagai tanda jatuhnya Palembang, pada 1 Juli 1821 Belanda mengibarkan bendera rod, wit, en blau di bastion Benteng Kuto Besak.
BACA JUGA:Jaga Keandalan Energi di Lebaran, Pekerja Kilang Pertamina Plaju Tetap Siaga
BACA JUGA:5 Alasan Kenapa Harus Liburan di Sumatera Selatan, Nomor 3 Paling Disukai, Apa Ya?
Dengan berkibarnya bendera merah, putih dan biru, maka resmilah kolonialisme Hindia Belanda di Palembang.