Seharusnya pemain-pemain terbaik yang memperkuat Timnas Indonesia untuk mengikuti ajang ASEAN itu.
Masalahnya ada pada waktu pelaksanaan turnamen.
Tahun ini ASEAN Cup digelar pada 23 November hingga 21 Desember.
Pemanggilan pemain jadi tantangan tersendiri.
Andaikan digelar di pertengahan Desember hingga pertengahan Januari, pemain yang merumput di Liga Belanda bisa saja dengan lebih mudah bergabung karena kompetisi sedang memasuki jeda pertengahan musim.
Mereka hanya perlu mengorbankan waktu libur.
Untuk tampil sejak November, hal tersebut bakal jadi tantangan berat bagi PSSI dalam hal pemanggilan pemain.
Hal terbaik yang bisa dilakukan adalah kembali melakukan lobi-lobi seperti yang mereka terapkan di Piala Asia U-23, yang juga bukan merupakan agenda FIFA.
Masalah lain adalah, agenda FIFA Matchday atau lanjutan babak ketiga Kualifikasi Piala Dunia di November adalah pada rentang 13-21 November.
Hal itu berarti pemain-pemain yang berkiprah di luar negeri baru saja diizinkan membela Timnas Indonesia.
Berat rasanya membayangkan pemain-pemain tersebut bisa langsung melanjutkan perjuangan dengan terus bersama Timnas Indonesia mulai 23 November yang artinya mereka tidak akan kembali ke klub untuk waktu lama.
Opsi logis lainnya adalah meminta izin ketika turnamen Piala AFF memasuki babak akhir.
Namun pilihan ini juga punya kendala besar. Bila memanggil banyak pemain luar negeri yang mayoritas baru bisa bergabung di fase akhir turnamen, Timnas Indonesia akan minim materi pemain yang bisa dipilih di fase grup.
Alih-alih bisa berharap pemain terbaik datang di fase akhir, Timnas Indonesia malah menghadapi risiko besar terseok-seok di fase grup karena keterbatasan pemain.
Hal ini tentu bakal jadi mimpi buruk.
Hal yang paling mudah jelas memanggil pemain yang berkiprah di Liga 1 dan kombinasi melobi pemain-pemain luar negeri yang berpotensi diizinkan membela Timnas Indonesia di luar agenda FIFA.