Hal yang sama juga diungkapkan mantan anggota tim pembuangan bahan peledak senior Angkatan Darat AS, Trevor Ball.
BACA JUGA:WHO Terkendala Pengiriman Pasokan Medis ke Gaza, Imbas Serangan Militer Israel ke Rafah
BACA JUGA:Tank Israel Masuki Pusat Kota Rafah, Hamas Berikan Perlawanan Sengit
“Bagian hulu ledak (dari amunisi) berbeda, dan bagian pemandu serta sayapnya sangat unik dibandingkan dengan amunisi lainnya. Bagian pemandu dan sayap amunisi sering kali merupakan sisa-sisa yang tertinggal bahkan setelah amunisi meledak. Saya melihat bagian aktuasi ekor dan langsung tahu bahwa itu adalah salah satu varian SDB/GBU-39," terang Ball.
Seperti dikemukakan sebelumnya, GBU-39 bukanlah senjata dengan muatan ledakan yang lebih besar.
Penggunaan senjata ini dimungkinkan untuk mengurangi korban sipil.
AS juga diketahui telah menandatangani Undang-undang untuk memberikan bantuan militer kepada Israel senilai USD15 Miliar atau setara Rp243,7 triliun.
BACA JUGA:Turki Murka!, Kecam Serangan Israel Ke Rafah, Erdogan samakan Netanyahu Dengan Pemimpin Nazi!
Juru Bicara Militer Israel, Daniel Hagari mengatakan serangan di Rafah menggunakan dua amunisi dengan hulu ledak kecil dengan berat masing-masing 17 kilogram bahan peledak telah digunakan untuk menargetkan para komandan senior Hamas dalam sebuah serangan udara.
Serangan militer Israel ke Rafah jalur Gaza Selatan, Palestina menyebabkan 45 orang korban meninggal dunia dan 200 lainnya mengalami luka-luka.
Sebagian besar korban adalah Wanita dan anak-anak.
Sudah lebih dari tiga minggu Israel terus menggencarkan serangan militer ke wilayah Rafah.
Serangan Israel ke zona aman di Rafah menimbulkan kecaman dari berbagai belahan dunia.
Dapatkan update konten terkini dan terbaru setiap hari di Palpres.com. Ayo Gabung di Channel WhatsApp dengan cara klik link ini "Channel WA palpres.com".