Sementara itu, kekhawatiran terjadinya perang besar antara Hizbullah kontra Israel, menyebabkan Amerika Serikat merasa perlu melalukan beberapa tindakan.
BACA JUGA:Batu Akik Panca Warna Disukai Orang Karena Keindahannya
BACA JUGA:Isi Libur Sekolah, Ratusan Anak di Lubuklinggau Ikut Festival Sepak Bola Silampari Cup
Salah satunya menekan sekutunya Israel, agar sebisa mungkin untuk menghindari perang terbuka melawan Hizbullah.
Soalnya perang besar antara Hizbullah melawan Israel, dipercaya dapat menyebabkan krisis di Timur Tengah menjadi semakin parah.
Sehingga Amerika Serikat berpandangan, perlu segera diambil solusi diplomatik guna meredam ketegangan antara Hizbullah dan Israel.
Diketahui, Hizbullah ikut meramaikan ketegangan antara militan Hamas sejak 7 Oktober 2023 lalu.
BACA JUGA:Pj Wali Kota H Trisko Defriyansa Hadiri Acara Pisah Sambut Pj Gubernur Sumsel
BACA JUGA:Polres dan Pemkot Lubuklinggau Bedah Rumah Azhari di Kelurahan Muara Enim
Saat itu, pejuang Hamas melakukan serangan mendadak ke Isrel dengan sandi Operasi Banjir Al Aqsa.
Sebagai sekutu Hamas, Hizbullah merasa perlu ikut membela pejuang asal Palestina tersebut melawan kekejaman Israel.
Sejak saat itu, Pasukan Israel dan Hizbullah yang didukung Iran saling baku tembak hampir setiap hari dengan tentara Israel.
Perang Israel-Hizbullah menimbulkan risiko lebih besar untuk meningkat menjadi perang regional yang lebih luas jika dibandingkan perang Gaza sejauh ini.
BACA JUGA:Kemendagri Gelar Rakor Penyelarasan Pengelolaan Data Statistik, Kominfo Muba Jadi Narasumber
BACA JUGA:BUMN Perum Damri Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan SMA dan SMK Penempatan seluruh Indonesia
Karena jika perang Hizbullah melawan Isrel melebar, ditakutkan Iran sebagai pendukung utama milisi Islam Lebanon tersebut akan langsung turun gelanggang.