Tercatat, hingga 18 Juni 2024 baru 84 persen lahan yang berhasil dibebaskan untuk pembangunan jalan tol.
BACA JUGA:Pesona Keindahan Objek Wisata Danau Merung di Kabupaten Muratara Mulai Dilirik Pengunjung
BACA JUGA:Wisata Kulineran di Palembang, Ini 5 Tempat Makan Tekwan dan Model Murah Meriah Pas Buat Weekend
Sementara sisanya masih dalam tahap negoisasi alot baik dari masyarakat dan pihak yang berkepentingan.
Selanjutnya kendala kondisi geografis di Sumatera Selatan juga menjadi tantangan tersendiri
Stabilitas tanah menjadi masalah yang kerap kali ditemui.
Lahan gambut dan rawa rasanya tak bisa lepas dari Provinsi Sumatera Selatan, sehingga kondisi ini memerlukan perlakuan khusus untuk memastikan pondasi jalan tol stabil.
BACA JUGA:Kementerian PUPR Anggarkan Rp15 Triliun untuk Inpres Jalan Daerah Tahun 2024
Selain itu, banyak pemukiman warga yang berada di atas lahan gambut, sehingga proses pembebasan lahan menjadi lebih kompleks.
Kemudian, pembangunan jalan tol di daerah berbukit juga membutuhkan biaya kontruksi yang lebih besar lantaran memerlukan kontruksi khusus seperti jembatan ataupun terowongan.
Pembangunan jalan tol di Sumatera Selatan berpotensi menyebabkan erosi dan sedimentasi di sungai, sehingga perlu dilakukan upaya mitigasi dengan serius.
PT Hutama Karya selaku pengembang proyek juga bisa mengatasi kendala-kendala tersebut dengan berbagai upaya, salah satunya studi kelayakan yang mendalam dan menggunakan teknologi kontruksi modern.
BACA JUGA:5 Negara Paling Favorit untuk Tujuan Bekerja di Luar Negeri, Gajinya Gede Banget!
BACA JUGA:Bank Sumsel Babel Dorong Ekosistem UMKM Songket Naik Kelas Lewat Penyaluran KUR
Demikian informasi mengenai 4 hal kendala Sumatera Selatan sulit memiliki jalan tol megah.