Rusia dan China Kutuk Pembunuhan Ismail Haniyeh, Mahmoud Abbas Serukan Mogok Nasional

Kamis 01-08-2024,03:44 WIB
Reporter : Sulis Utomo
Editor : Sulis Utomo

Orang tua Haniyeh melarikan diri dari Ashkelon selama perang Palestina 1948. 

Haniyeh meraih gelar sarjana dalam sastra Arab pada 1987 dari Universitas Islam Gaza.

BACA JUGA:Pemprov Sumsel Berikan Trophy dan Piagam Penghargaan Kepada Para Pegiat Lingkungan Hidup Sumsel

BACA JUGA:Pj Sekda Sumsel Apresiasi Inovasi dari aplikasi E-Reviu yang mampu Meningkatkan Perencanaan Anggaran Daerah

Hanuteh pertama kali terlibat dengan Hamas, selama Intifadah Pertama melawan pendudukan Israel.

Hal itu yang menyebabkan dia dipenjara selama tiga periode setelah berpartisipasi dalam protes. 

Setelah dibebaskan pada 1992, Haniyeh diasingkan ke Lebanon.

Haniteh kembali setahun kemudian, dan menjadi dekan di Universitas Islam Gaza. 

BACA JUGA:INTIP! 5 Hal yang Jadi Pembeda Antara Yamaha Gear 125 Vs Mio M3, Generasi Terbaru Dari Mio Sporty Jadul

BACA JUGA:Optimalkan e-Dabu, BPJS Kesehatan Palembang fasilitasi JKN Pekerja Badan Usaha

Pada 1997, Haniyeh mengepalai kantor Hamas.

Dia memenangkan pemilihan umum legislatif Palestina 2006, yang berkampanye tentang perlawanan bersenjata terhadap pendudukan Israel, dan menjadi Perdana Menteri Negara Palestina. 

Namun, Presiden Palestina Mahmoud Abbas memberhentikan Haniyah dari jabatannya pada 14 Juni 2007. 

Hal itu sebagai puncak dari konflik Fatah-Hamas yang berlangsung saat itu.

BACA JUGA:5 Hal yang Akan Terjadi Jika Gank Water Sign, Cancer dan Pisces Menjalin Sebuah Hubungan

BACA JUGA:Selain Uang Rp130 Juta, Kasi Pidsus Kejari Muba Beberkan Temuan Dokumen Penting Ini di 4 Tempat Berbeda

Kategori :