PALEMBANG, PALPRES.COM - Angka stunting di Sumatera Selatan tercatat mencapai 20,3% pada 2023 berdasarkan data Survei Kesehatan Indonesia (SKI).
Angkanya di bawah rata-rata nasional yang mencapai 21,5%.
Staf Ahli Sekretaris Daerah Pemerintah Provinsi Sumsel Pandji Tjahtjanto mengatakan, salah satu penyebab sulitnya menurunkan angka stunting di Sumsel karena masyarakat masih mengonsumsi susu kental manis (SKM) secara rutin.
BACA JUGA:Ukraina Semakin Terdesak Tentara di Garis Depan Habis! Rusia Dapat Amunisi 190.000 Tentara
Masih ada anggapan jika SKM adalah susu.
"Sstunting susah turun karena masih pada minum kental manis," ujar Pandji dalam keterangan resmi yang diterima Senin 9 September 2024
Dia menyebut, SKM mengandung gula tinggi dan tidak memiliki kandungan nutrisi yang cukup untuk mendukung pertumbuhan anak.
Hal itulah yang dapat berkontribusi terhadap masalah stunting.
BACA JUGA:Berikut Ini Update Harga Toyota All New Prius Hybrid 2024
BACA JUGA:Raisa Akan Senandungkan Lagu Nasional di GBK, Netizen: Jangan Seperti Anang-Ashanty
Ketua Bidang Kesehatan PP Muslimat NU, Erna Yulia Sofihara juga menyoroti penurunan angka stunting di Sumsel yang belum signifikan.
Penanganan masalah stunting ini harus dilakukan kolaborasi dengan semua pihak.
Muslimat NU juga tengah menggencarkan program Ibu Asuh Stunting yang bertujuan untuk memberikan pendampingan kepada keluarga-keluarga yang memiliki anak dengan risiko stunting.
"Kami menindaklanjuti temuan ini melalui pendampingan keluarga. Salah satunya dengan program Ibu Asuh Stunting, di mana satu kader akan mendampingi lima keluarga. Kader tersebut akan memonitor, mengedukasi, dan memastikan bahwa keluarga tersebut menerapkan pola makan bergizi yang cukup serta menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)," ujarnya.