Pembangunannya menggunakan dana Rp25 juta dari keuntungan usaha.
"Joglo ini menjadi pusat kegiatan dan musyawarah kami. Sementara peningkatan saluran air sangat membantu sistem irigasi pertanian,” ujarnya.
Sumarno mengungkapkan strategi pembagian hasil usaha yang diterapkan yakni 50% untuk pengembangan usaha, 17,5% dibagikan ke petani.
BACA JUGA:BSI dan BSI Maslahat Resmikan Wakaf Sumur di Dusun Cigoong, Para Petani Langsung Sumringah
BACA JUGA:Kado HUT ke-79 RI untuk Petani, PT Bukit Asam Resmikan PLTS Irigasi di Tanjung Agung
Lalu 2,5% untuk zakat, 5% untuk royalti pemulia, dan 25% untuk operasional.
“Dengan pembagian ini, kami bisa berkembang sambil tetap memperhatikan kesejahteraan anggota dan kewajiban sosial," tambahnya.
Menurut Husin Al Maliki, potensi bisnis jagung benih masih sangat besar mengingat kebutuhan pasar di Indonesia yang belum sepenuhnya terpenuhi.
“Kami optimis Kelompok Tani Mulyo bisa terus berkembang dan memberi manfaat lebih luas,” katanya.
BACA JUGA:Demi Ketahanan Pangan Pemprov Sumsel Langsung Sosialisasikan dan sinkronisasi Data Cetak Sawah 2024
BACA JUGA:Inilah Khasiat Utama Makan Jagung Untuk Kesehatan Tubuh
Kisah Sumarno dan Kelompok Tani Mulyo membuktikan bahwa dengan pendampingan yang tepat, petani tidak hanya bisa meningkatkan taraf hidupnya.
Tetapi juga menjadi motor penggerak ekonomi dan kesejahteraan masyarakat sekitar.
Dari ladang jagung di Ponorogo, mereka menanam benih perubahan yang membawa harapan bagi masa depan pertanian Indonesia.