Minimarket modern sering kali dianggap tidak memberikan keuntungan yang signifikan bagi masyarakat setempat, baik dari segi harga maupun suasana belanja.
Harga barang di pasar tradisional atau warung lokal sering kali lebih kompetitif karena langsung didapatkan dari produsen atau pengecer kecil.
BACA JUGA:Tertarik Buka Toko Alfamart? Berikut Syarat dan Modal yang Harus Dipenuhi
Selain itu, konsumen juga bisa bernegosiasi atau tawar-menawar harga, yang menjadi bagian dari interaksi sosial yang kental dalam budaya Minangkabau.
4. Ikatan Emosional
Masyarakat Sumatera Barat memiliki keterikatan emosional yang kuat dengan pedagang-pedagang lokal.
Banyak pedagang kecil yang sudah berjualan secara turun-temurun dan menjadi bagian dari jaringan sosial komunitas.
Hal ini menciptakan loyalitas antara pembeli dan penjual yang sulit ditandingi oleh ritel modern.
Di pasar tradisional, pembeli dan penjual sering kali sudah saling mengenal, dan hubungan ini menambah rasa kepercayaan dan kepuasan dalam berbelanja.
BACA JUGA:NGERI SEKALI! 5 Hutan Paling Angker Di Pulau Sumatera, Nomer 2 Ada Di Sumatera Selatan
BACA JUGA:9 Jenis Tumbuhan Purba yang Masih Ada Sampai Sekarang, Sejaman Dengan Dinosaurus
5. Dampak Sosial
Banyak masyarakat dan tokoh lokal Sumatera Barat yang sadar akan dampak sosial ekonomi dari masuknya minimarket besar seperti Indomaret dan Alfamart.
Mereka khawatir bahwa jika minimarket modern diizinkan berkembang pesat, itu akan menyebabkan matinya pedagang kecil dan usaha mikro yang menjadi tulang punggung ekonomi lokal.
Jadi Beberapa Faktor Merupakan Penyabab Utamanya
Kuatnya kearifan lokal, dukungan terhadap pedagang kecil, serta regulasi pemerintah daerah menjadi hambatan yang sulit diterobos oleh ritel modern.