Perang Israel-Hamas dimulai setelah militan yang berbasis di Jalur Gaza itu, melakukan serangan mematikan dengan sandi “Operasi Banjir Al Aqsa” ke Israel pada 7 Oktober 2024.
BACA JUGA:Sekjen PBB Murka! 6 Stafnya Terbunuh dalam Serangan Israel ke Sekolah di Gaza
BACA JUGA:Israel Jatuhkan 5 Bom ke Puluhan Tenda Pengungsi di Kamp al-Mawasi Gaza
Dalam serangan itu, setidaknya 1.200 warga Israel, baik sipil maupun militer, terbunuh.
Sedangkan 250 orang warga Israel diculik, dan dibawa ke Gaza sebagai sandera.
Sebagian sandera sudah ada yang dibebaskan, namun tak sedikit juga yang terbunuh.
Diyakini, saat ini masih ada sekitar 100-an warga Israel yang menjadi sandera di Gaza.
BACA JUGA:Bantu Warga Gaza, Satgas Nakes TNI Beri Layanan Kesehatan di Rafah dan El Arish
BACA JUGA:Israel Bergolak! Netanyahu Dituduh Biarkan Sandera di Gaza Tewas
Israel terbuka gencatan senjata
Sementara itu, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan dia terbuka terhadap gencatan senjata singkat dalam perang dengan Hamas.
Gencatan senjata itu akan mengarah pada pembebasan sejumlah kecil dari sekitar 100 sandera, yang masih ditahan oleh kelompok militan tersebut di Gaza.
Pernyataan Netanyahu ini muncul setelah pertemuan antara perunding utamanya dengan pejabat senior Qatar dan AS di Doha pada hari Senin.
BACA JUGA:Selain Gempuran Militer Israel, Penyakit Polio Ancam Anak-anak Gaza
Pertemuan itu bertujuan dalam rangka menghidupkan kembali perundingan gencatan senjata yang terhenti, setelah pembunuhan pemimpin Hamas Yahya Sinwar oleh Israel bulan ini.
Diskusi berpusat pada rencana yang diusulkan oleh Mesir, salah satu mediator antara pihak yang bertikai.