"Ironis melihat salah satu paslon gagal memahami diksi dan persepsi tentang demokrasi dan gender.
BACA JUGA:Dua Paslon Siap Hadapi Debat Publik Perdana Pilkada Muba 2024, Intip Kesiapan Mereka?
BACA JUGA:Kajari Muba Ingatkan ASN dan Pemerintah Desa Tentang Netralitas di Pilkada Muba 2024
Kalau kita menonton debat tersebut, melihat kualitas Cabup 02 tentu sangat ironis," ujarnya.
Menurut Bagindo, wajar bila masyarakat kini semakin mantap menjatuhkan pilihan ke paslon lain, terutama Lucianty, yang terlihat lebih kompeten.
Pada sesi debat, Toha tampak berulang kali kesulitan merespons pertanyaan panelis. Pertanyaan terkait infrastruktur bahkan diserahkan kepada wakilnya, Rohman.
Ketika ditanya tentang peningkatan demokrasi lokal, Toha justru menyatakan akan melakukan "kontrol publik" melalui kunjungan rumah warga secara rutin.
BACA JUGA:Wujudkan Pilkada Muba 2024 Damai, 6 Pemuka Agama Ajak Masyarakat Doa Bersama
BACA JUGA:2 Paslon di Pilkada Muba 2024, Mappilu PWI Muba Pinta KPU Bersikap Transparan dan Netral
"Kami akan melakukan kontrol publik. Dengan cara melakukan kunjungan ke rumah-rumah warga, minimal satu bulan satu kali," ucap Toha.
Jawaban ini tidak hanya memicu kekhawatiran, tapi juga kritikan keras karena bertolak belakang dengan prinsip kebebasan berpendapat dalam demokrasi.
Banyak yang menilai pendekatan Toha ini berpotensi intimidatif, bukannya mendekatkan pemerintah kepada masyarakat.
"Jika benar akan melakukan kontrol publik, maka dia ini sesungguhnya tidak paham apa yang dimaksud dengan demokrasi.
BACA JUGA:Surat Suara Pilkada Serentak 2024 Diterima KPU Muba, Ini Jumlah Surat Suara untuk Pillkada Muba
BACA JUGA:Jelang Pilkada Serentak 2024, Polres Muba Bakal Terapkan Metode Ini Untuk Pengamanan
Lebih parahnya lagi, jika Toha sekadar menjawab tanpa memahami, ini jelas menunjukkan kurangnya kapasitas dan kepeduliannya," tegas Bagindo Togar.