Sehingga PHR berhasil mengembalikan potensi produksi yang hilang atau Lost Production Opportunity (LPO) hingga 2.000 barel minyak dari tiga sumur.
“Perlambatan pembentukan scale tentu saja sekaligus mengurangi biaya perawatan sumur.
Well Service sumur yang sebelumnya dilakukan sekali dalam dua bulan, kini menjadi sekali dalam empat bulan atau lebih.
BACA JUGA:Ada Temuan Migas Baru, SKK Migas Apresiasi Pertamina Hulu Rokan
BACA JUGA:Berikut Ini Catatan Kinerja PHR di Triwulan 3 Tahun 2024 Dalam Produksi Migas
Uji coba ini berpotensi memangkas biaya perawatan dan mengembalikan potensi produksi hingga 2,4 miliar rupiah dari tiga sumur uji coba,” ujar Taufan.
Selain sebagai sumber data dalam menjawab tantangan di lapangan, laboratorium Geologi PHR kerap menjadi rujukan tim peneliti dalam merencanakan pengembangan area baru.
“Kami tengah melakukan analisa lapisan batuan dan sedimen yang pernah diambil dari lapangan Duri.
Mulai sejak tahun 1950-an hingga yang terakhir,” ujar Sedimentologist Lemigas Agus Priyantoro.
BACA JUGA:Berikan Pelatihan Juru Las Bagi Pemuda, Ini Bukti PHR Tingkatkan SDM di Riau
BACA JUGA:PHR Capai Tonggak Baru dalam Pengembangan Migas Non-Konvensional di Blok Rokan
Agus menambahkan bahwa data dari core lab ini akan dianalisa lebih lanjut untuk mengetahui cadangan potensial baru dari lapangan ini.
Serta sebagai dasar dalam menentukan teknologi yang akan digunakan untuk mengekstraksinya.
Dengan memahami karakteristik batuan reservoir, lanjut Agus, perusahaan dapat merancang metode pengeboran yang lebih efektif.