PLTU Tanjung Lalang diharapkan dapat beroperasi lebih baik dan memberikan dampak positif yang luas bagi masyarakat.
BACA JUGA:Sinergi PT Bukit Asam dengan BPKP Sumsel dan Pemkab Muara Enim Tingkatkan Akuntabilitas Program CSR
BACA JUGA:Tata Kelola Terintegrasi Perusahaan Makin Baik, PT Bukit Asam Raih 4 Penghargaan TOP GRC Awards
Terapkkan Teknologi Flue Gas Desulphrization
Serta mendukung pemenuhan kebutuhan energi di Sistem Kelistrikan Sumatera.
PLTU Tanjung Lalang juga dilengkapi dengan Electrostatic Precipitator (ESP), yaitu peralatan untuk menangkap partikel (debu gas buang/sisa pembakaran) dengan menggunakan prinsip elektrostatis.
Selain itu, PLTU Tanjung Lalang menerapkan teknologi Flue Gas Desulphurization (FGD) yang mencampur emisi gas hasil pembakaran batu bara dengan reaksi kimia.
Dengan bahan pengikat berupa kapur basah (CaCO3) sehingga kandungan sulfur dioksida (SO2) yang dilepaskan ke atmosfer menjadi rendah.
Fly Ash dan Bottom Ash (FABA) atau abu sisa proses pembakaran batu bara di PLTU Tanjung Lalang pun tengah dikembangkan pemanfaatannya.
Hal itu untuk mendukung pembangunan berkelanjutan dalam sirkular ekonomi.
FABA tersebut saat ini telah dimanfaatkan untuk bahan baku semen.
Pemanfaatan lainnya yang tengah dikembangkan, yakni untuk bahan baku material bangunan, material pencegah air asam tambang, media tanam, dan sebagainya.