PALPRES.COM - British Petroleum (BP) telah mengumumkan keputusan untuk berinvestsi di Indonesia, tepatnya di Papua Barat dengan nilai yang awalnya USD 4,85 miliar.
Informasi ini disampaikan oleh CEO BP Murray Auchincloss dalam sebuah acara yang dihadiri oleh Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto di London, 21 November 2024.
Mewakili para mitra kontrak kerja sama Tangguh pada 21 November diumumkan keputusan investasi akhir untuk Proyek Tangguh Ubadari, CCUS dan Compression (UCC) senilai 7 miliar USD.
Dalam proyek tersebut, BP bertindak sebagai operator Tangguh LNG dan mewakili mitra-mitra kontrak kerja sama Tangguh.
BACA JUGA:Pemprov Sumsel Bersama Kejati Sumsel Lakukan Kerja Sama Penanganan Masalah Hukum Perdata dan Tun
BACA JUGA:MANTAP! Bandar Narkoba Banyuasin Diringkus Polisi 8 Paket Sabu Telah Diamankan
BP mengelola Proyek Tangguh dengan kepemilikan paling besar yakni 40,22 persen dan Indonesia Natural Gas Resources Muturi Inc sebesar 7,35 persen.
Kemudian sisa dari kepemilikan tersebut akan dibagi ke semua perusahaan yang bermitra.
Investasi besar ini mencerminkan kepercayaan BP dan mitranya terhadap potensi investasi di Indonesia serta komitmen mereka untuk memperkuat dan mengembangkan kegiatan bisnis di Tanah Air.
Hasil proyek ini diperkirakan akan menghasilkan sekitar 3 triliun kaki kubik tambahan sumber daya gas di Indonesia, yang akan mendukung pemenuhan kebutuhan energi Asia yang terus berkembang.
BACA JUGA:Indosat Luncurkan Program CSR di Universitas Sriwijaya, Ubah Sampah Jadi Pulsa
Nantinya, ruang lingkup proyek ini mencakup pengembangan lapangan gas Ubadari, peningkatan perolehan gas (EGR) mellui penangkapan, pemanfaatan, dan penyimpanan karbon (CCUS) serta kompresi di darat akan memperluas dan memanfaatkan infrastruktur yang ada di fasilitas Tangguh LNG di Papua Barat Indonesia.
Mega proyek ini diperkirakan akan produksi pada tahun 2028 yang merupakan proyek pertama di Indonesia yang memanfaatkan CCUS untuk mengoptimalkan pendapatan gas.
Tangguh CCUS sendiri bertujuan menjadikan proyek CCUS pertama yang dikembangkan dalam skala besar di Indonesia, dengan potensi untuk menyekuestrasi sekitar 15 juta ton CO2 dari emisi Tangguh pada tahap awal.