BACA JUGA:Sambungkan Sumsel dan Jambi, Ruas Tol Trans Sumatera II Mulai Konstruksi, Ini Target Selesainya
BACA JUGA:Proyek Terbesar di Sumatera, Jalan Tol Senilai Rp33,12 Triliun Ini Melenggang di Sumatera Selatan
Selanjutnya, KM 280+750 hingga 280+752 A, 288+550 hingga KM 288+555 A.
Ditegaskan Adjib, progress pemeliharaan sudah mencapai 50 persen untuk rekonstruksi perkerasan rigid, kemudian 50 persen untuk pemeliharaan SFO,
“Sehingga untuk seluruh pemeliharaan, kami targetkan rampung sebelum 15 Desember 2024, ” imbuh Adjib.
Pemilihan metode SFO digunakan untuk melakukan pemeliharaan pada perkerasan fleksibel yang mengalami kerusakan berupa alur dan lubang.
BACA JUGA:KABAR TERBARU, 3 Seksi Tol IKN Akan Fungsional Mei 2025, Pengendara Belum Dikenai Tarif
BACA JUGA:Mudik Nataru Makin Lancar, Kementerian PUPR Gencarkan Proyek Tol 54 KM di Jawa Barat
Dengan dilakukannya pekerjaan SFO diharapkan kondisi perkerasan fleksibel dapat bertahan dalam kondisi baik lebih lama.
Perkerasan rigid
Sedangkan metode rekonstruksi rigid, menurut Adjib digunakan untuk pemeliharaan pada perkerasan rigid yang mengalami retak dan/atau deformasi.
Dengan dilakukannya pekerjaan rekonstruksi rigid, lanjut Adjib, diharapkan kondisi perkerasan kaku dapat kembali seperti semula.
BACA JUGA:MANTAP! Jawa Timur Punya Jalan Tol Baru, Perjalanan 1 Jam Cuma Butuh 35 Menit
“Dengan metode tersebut, kualitas Tol Terpeka akan menjadi lebih baik sehingga memitigasi terjadinya pemeliharaan berulang dalam jangka panjang.
Selain itu, didiharap Adjib, dapat juga mengurangi kemungkinan terjadinya kecelakaan, serta memberikan rasa aman dan nyaman pengguna jalan selama periode Nataru ini.
Jelang Nataru, Hutama Karya juga memastikan fasilitas di rest area seperti toilet, ruang menyusui, mushola, hingga tempat makan tetap dalam kondisi bersih serta diawasi secara rutin agar nyaman untuk digunakan.