Lantaran kondisi di desa pelosok Kebumen yang serba sulit, hal ini menjadikan tak seorang pun warga Penimbun yang memberikannya bantuan.
BACA JUGA:Ishak Mekki: Infrastruktur Air dan Konektivitas Jalan di OKI Dukung Asta Cita Presiden Prabowo
BACA JUGA:Kasus Dugaan Korupsi Jaringan Internet PMD Muba, 3 Terdakwa Dituntut Berbeda, Ini Pertimbangannya
Merasa kecewa atas perlakuan warga, sang musafir inipun pergi dengan melontarkan segala sumpah serapah dan kutukan.
Simin menjelaskan bahwa kutukan yang menjadi tradisi desanya ini yaitu apabila warga di Kampung Pelosok Jawa Tengah beserta anak cucunya berjualan makanan, maka akan ada musibah yang datang.
Konon, ada suatu kisah penuh pelajaran, dimana seorang warga pernah mencoba pantangan sakral itu dengan nekat membuka kedai nasi.
Berharap dewi fortuna dan semesta berpihak, ia pun melangkah dengan tekad yang begitu besar.
BACA JUGA:Ngotot Keluar dari NKRI, Provinsi Cantik Ini Malah Jadi Negara Termiskin di Asia Tenggara
BACA JUGA:TIPS AMPUH! Ini 12 Cara agar Kucing Tak Menggaruk Benda Berharga di Rumah
Sayangnya, tak lama setelah kedai nasi itu dibuka, kabar duka justru datang menyelimuti Desa Penimbun.
Kabar tragis berhembus bahwa sang penjual nasi telah dikabarkan meninggal dunia secara mendadak.
Legenda ini akhirnya menjadi cerita turun-temurun yang akhirnya membentuk suatu tradisi pantang untuk menjual nasi hingga sekarang ini.
Bahkan, kisah penuh misteri ini selalu membayangi kehidupan warga desa setempat.