Terkait hal itu, Daryono menambahkan bahwa penyebabnya karena proses patahnya batuan di kedalaman bumi sangat kompleks, dan tidak meninggalkan sinyal yang konsisten.
“Selain itu gejala-gejala yang sering dikaitkan dengan “tanda-tanda gempa”, misalnya hewan gelisah, perubahan gas, atau anomali medan magnet, belum terbukti konsisten secara empirik.
Sehingga, belum bisa dijadikan dasar prediksi,” ungkap Daryono.
BACA JUGA:Pagi Ini Gempa Magnitudo 4.0 Guncang Nias Selatan, Tak Berpotensi Tsunami
BACA JUGA:Gempa Bumi Tektonik M6,0 Guncang Poso, Ahli BMKG Ungkap Ini Pemicunya
Oleh karenanya, lanjut Daryono, para ahli fokus pada mitigasi dan kesiapsiagaan, bukan prediksi kapan terjadinya gempa