Tarif Trump, Biaya Mendominasi
Sebagai negara super power perekonomian dunia, Trump melihat bahwa biaya perekonomian nasional AS dan upaya menjaga posisi mendominasi dunia dapat dilakukan antara lain dengan tarif resiprokal.-IG@ realdonaldtrump-
Menkeu JB Sumarlin pun mengeluarkan gebrakan Paket Oktober 1988, suatu kebijakan yang meliberalkan sektor keuangan dan perbankan.
Nilai tukar rupiah mengambang bebas.
Hasilnya, Indonesia diserang oleh pasar uang yang memukul rupiah sehingga terjadi krisis multi dimensi 1997/1998.
Lalu UUD 1945 pun diganti menjadi UUD 2002, hasil amandemen empat kali.
BACA JUGA:Donald Trump Dapat ‘Surat yang Indah’ dari Presiden China Xi Jinping, Begini Isinya
BACA JUGA:Pendukung Partai Republik Ikuti ‘Tren’ Perban Putih Donald Trump, Lihat Aja Gayanya!
Banyak yang belum sadar, nilai tukar adalah bagian dari harga diri bangsa.
Setelah Indonesia terpuruk, AS kemudian menerbitkan kebijakan perang melawan teror menyusul peristiwa runtuhnya gedung kembar World Trade Centre pada 11 September 2001.
Justru dengan peristiwa itu AS membangun keyakinan diri bahwa pasar bebas, perdagangan bebas, demokrasi, model pembangunan Barat, dan tegaknya hak asasi manusia patut dicanangkan di seluruh dunia.
Presiden AS ke-43 George Walker Bush menegaskan hal itu pada 17 September 2002 dalam National Security Strategic of USA (Re: Noorsy, Prahara Bangsa, Desember 2024).
BACA JUGA:Tersandung Kasus Penipuan, Donald Trump Divonis Penjara 4 Tahun
BACA JUGA:Bulan Ini Kepastian Nasib Facebook dan Instagram Donald Trump
Jika kini Presiden AS ke-45 dan ke- 47 Donald Trump dari Partai Republik menerbitkan kebijakan hambatan tarif, maka AS sebenarnya sedang mempertahankan dominasi perekonomian globalnya dan sekaligus menyerang balik 60 negara.
Sebenarnya pada 2004 AS sudah merasakan desakan impor dari berbagai negara, khususnya dari RRC.
Kemudian, walaupun sudah mendapatkan kepastian dari Irak, AS merasa tak nyaman tergantung pada pasokan minyak dari Venezuela, Kanada, Kuwait, dan Saudi Arabia.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber: smsi
