Banner Honda PCX

SEDIH! Dulu Jadi Alasan Pulang Terlambat, Kini Hanya Kenangan Masa kecil

SEDIH! Dulu Jadi Alasan Pulang Terlambat, Kini Hanya Kenangan Masa kecil

Ilustrasi Permainan Anak-Anak Gobak Sodor-Wikipedia-

BACA JUGA:Cetak Lulusan Polisi Berpangkat Tinggi, Ini 5 Sekolah Kepolisian Terbaik di Indonesia, Info Lengkap Cek Disini

Posisinya kelompok yang bertindak sebagai penawan dan kelompok tertawan. 

Jumlah pemain sesuai kesepakatan, terkadang empat orang, juga tak jarang delapan orang.

Nah, masing-masing kelompok menetapkan titik sebagai benteng pertahanannya.

Biasanya, pohon, tiang ataupun tembok.

BACA JUGA:Jebolan Ajax, Keturunan Jawa, Pemain Liga Austria Ini Malah Tak masuk Radar Naturalisasi Shin Tae-yong

BACA JUGA:Mau Jago Memasak? Ini 5 Rekomendasi Kursus Memasak di Palembang, Lengkap Biaya Kursus dan Alamatnya!

Nah, selanjutnya kedua kelompok bersaing merebut benteng lawan, dengan tidak lupa menjaga benteng sendiri.

Intinya, pemain harus menjaga bentengnya sendiri dan mengambil alih benteng milik lawan.

Sayangnya beberapa dari mainan tradisional tersebut kini sudah jarang ditemui, karena pengaruh dari perubahan gaya hidup dan penyebaran mainan modern.

Namun upaya baru-baru ini telah dilakukan untuk melestarikan dan mempromosikan mainan tradisional Indonesia, agar tidak benar-benar hilang dari budaya kita. 

BACA JUGA:Mobil Bekas yang Ramah Keluarga, Daihatsu Xenia 2022 Dijual Cuma Rp100 Jutaan

BACA JUGA:80 KPM di Muba Dapat Bantuan Usaha Ekonomi Produktif dari Sumatera Selatan, Ini Barang yang Didapatkan

Ada beberapa alasan mengapa permainan tradisional mulai ditinggalkan di zaman modern ini.

1. Perubahan gaya hidup

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber:

Berita Terkait