Hoaks, Miscaption, Deepfake, dan Sesat Pikir Pelajaran Berharga Kerusuhan Agustus
Penulis Prof. Dr. Harris Arthur Hedar adalah Ketua Dewan Pembina Serikat Media Siber Indonesia (SMSI) Pusat, Guru Besar Universitas Negeri Makassar dan Wakil Rektor Universitas Jayabaya Jakarta.--SMSI
Artinya ada sebuah kegiatan produksi konten hoaks yang dilakukan oleh orang atau kelompok.
Tujuannya jelas: peningkatan keresahan dan misinformasi di masyarakat. Apalagi kebiasaan forward di grup WhatsApp telah menjadi tren para pengguna smartphone.
Ancaman Serius
Setidaknya ada empat konten yang menjadi ancaman serius bagi masyarakat pengguna media sosial.
BACA JUGA:Terjunkan Tim Riset, SMSI Gali Sejarah Biografi Margono Djojohadikoesoemo
BACA JUGA:Catatan SMSI Akhir Tahun 2024, Demokrasi Terpimpin Syarat Terwujudnya Indonesia Emas 2045
Pertama adalah miscaption (video/foto lama diberi keterangan waktu/tempat baru).
Misalnya video sekelompok orang atau mahasiswa menyerbu ruang sidang gedung DPR RI.
Padahal itu cuplikan gambar peristiwa 1998.
Tetapi diberi teks atau narasi Agustus kemarin. Atau video Presiden Prabowo Subianto malam hari mendatangi kediaman mantan Presiden Jokowi.
BACA JUGA:Catatan Akhir Tahun 2024: SMSI Perluas Jaringan Internasional, Ini Harapannya
BACA JUGA:Catatan Akhir Tahun 2024: SMSI Perluas Jaringan Internasional, Ini Harapannya
Padahal itu video lama, tetapi diberi konteks saat Jakarta rusuh kemarin.
Kedua adalah deepfake (audio/visual sintetis yang meniru tokoh).
Contoh kasus terbaru adalah video/rekaman yang meniru suara dan memalsukan pernyataan Menteri Keuangan Sri Mulyani yang menyebut menyebut “guru beban negara”.
Tim dari MAFINDO (Masyarakat Anti Fitnah Indonesia) telah menguji dengan detektor watermark SynthID dan menyimpulkan konten tersebut rekayasa AI.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber: smsi
