Harga Karet dan Sawit Masih Tidak Menentu
PALI, PALPRES.COM- Hingga kini harga komoditi karet dan kelapa sawit ditingkat petani masih tidak menentu, sehingga membuat petani semakin mengeluh.
Belum lagi, harga bahan pokok melambung tinggi sementara penghasilan mereka sedikit akibat harga hasil panen dari kebunnya tidak stabil malah cenderung rendah.
Salah seorang buruh sadap karet asal Kecamatan Talang Ubi, Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir (PALI), Ardi mengaku, ia dan istrinya setiap hari sejak masih pagi buta sudah berada di kebun untuk menyadap karet agar menghasilkan getah karet yang melimpah.
“Biasanya setiap lima hari sekali getah karet itu dijual, sekarang setiap hari aku menjualnya, tapi hasilnya jauh dari harapan,” katanya.
BACA JUGA:Ribuan Tenaga Honorer di PALI Mulai Gelisah
Ia mengungkapkan, harga getah karet tidak sebanding dengan harga kebutuhan pokok membuat mereka harus pintar mengatur pendapatan
Bahkan jika harga getah karet kualitas mingguan dikisaran Rp10.000 per kilogramnya, namun kalau dibanding harga cabai tentu sangat jauh perbedaannya.
“Cabai saja sekarang harganya mencapai Rp100 ribu per kilogram, belum yang lainnya. Sementara penghasilan kami hanya 50 kilogram getah setiap minggu. Itupun harus dibagi dua dengan pemilik kebun. Jadi tidak ada pilihan, kami harus mengirit," keluhnya.
Nasib sama dialami Ali, petani kelapa sawit asal Kecamatan Talang Ubi yang merasa heran, karena disaat harga minyak goreng stabil yang masih diharga Rp10 ribuan saja, harga Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit ditingkat petani diatas Rp1.000 per kilogram.
Lalu pada awal 2022, harga TBS kelapa sawit di petani naik hingga Rp3.500 per kilogram mengikuti harga minyak goreng yang melonjak.
Tapi, tidak lama setelah itu, pemerintah melarang ekspor CPO dan turunannya untuk menekan harga minyak goreng membuat harga TBS kembali anjlok.
BACA JUGA:Harus Ekstra Hati-hati, Jembatan di Jalan Provinsi Nyaris Ambruk
“Aku merasa aneh, ekspor sudah dibuka kembali, tapi harga TBS malah makin merosot. Saat ini hanya Rp800 per kilogram, sementara harga minyak goreng masih diatas Rp14.000 per kilogram," katanya heran.
Ali mengungkapkan, saat harga TBS melambung, banyak petani karet tergiur lalu menebang pohon karetnya yang kemudian ditanami kelapa sawit.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: