Honda

Sidang Pleno ke-19 AFEBI, Momen Lahirkan Peneliti Ekonomi Syariah

Sidang Pleno ke-19 AFEBI, Momen Lahirkan Peneliti Ekonomi Syariah

SIDANG PLENO - Suaasna sidang pleno Asosiasi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Indonesia ke-19 dengan tuan rumah UIN Raden Fatah Palembang, Rabu, 7 September 2022.-Foto: Humas UIN Raden Fatah Palembang-

PALEMBANG, PALPRES.COM – Sidang Pleno Asosiasi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Indonesia (AFEBI) diharapkan bisa menjadi momen untuk melahirkan peneliti Ekonomi Syariah.

Hal ini disampaikan Rektor UIN Raden Fatah Palembang, Prof. Dr. Nyayu Khodijah, S.Ag., M.Si saat memberikan sambutan dalam sidang pleno ke-19 AFEBI, Rabu, 7 September 2022.

Seperti diketahui AFEBI ini diikuti sekitar 195 peserta dari 78 perguruan tinggi se-Indonesia.

Dalam kesempatan tersebut dihadiri langsung Wakil Presiden Republik Indonesia, Prof. Dr. (HC.) K. H. Ma'ruf Amin dan Gubernur Provinsi Sumatera Selatan, H. Herman Deru, S.H., M.M.

BACA JUGA:Kilang Pertamina Plaju Siapkan Dana Hibah Penelitian Rp15 Juta, Mahasiswa dan Dosen Yuk Merapat

Kegiatan sidang Pleno AFEBI ini selain sebagai ajang silaturahim, juga menjadi media untuk sharing/berbagai ilmu pengetahuan, yang juga tak kalah penting adalah melakukan kerja sama perguruan tinggi guna mewujudkan Kampus Merdeka, Merdeka Belajar.

Rektor UIN Raden Fatah Palembang Prof. Dr. Nyayu Khodijah, S.Ag., M.Si menjelaskan, program yang kini sedang berjalan dilakukan dengan berbagai inovasi dan kreatifitas.

Kegiatan ini untuk dilaksanakan untuk belajar akademik maupun non-akademik.

“Di situlah kita melakukan berbagai kegiatan salah satu nya adalah digitalisasi prosedur, dimana hal ini tentu saja membantu sekali untuk kegiatan belajar mengajar maupun hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan administrasi lainnya,” jelasnya.

BACA JUGA:BI Siapkan 3 Strategi Ini dalam Pengembangan Ekonomi Syariah

Dalam kesempatan tersebut, Prof Nyayu juga mengatakan jika suatu kehormatan bagi segenap civitas Akademik Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Fatah Palembang dapat dipercaya sebagai tuan rumah.

Sekaligus penyelenggara Sidang Pleno ke-19 Asosiasi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Indonesia (AFEBI) tahun 2022.

“Semoga melalui kegiatan ini akan membawa kesan tersendiri terhadap wilayah Sumatera Selatan yang dikenal dengan wailayah zero conflic, masyarakatnya yang sangat terbuka dengan menerapkan nilai-nilai toleransi sebagai perekat hubungan antar masyarkat,” terangnya.

Rektor menjelaskan, pertemuan ini menjadi momentum penting bagi Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN), khususnya Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam.

BACA JUGA: Dukung Ekonomi Syariah, BI Sumsel Gelar Syafari 2022

Lewat momen ini bisa mengangkat topik-topik penting dan aktual integratif dengan Ekonomi Syariah yang tentunya akan mewarnai pula proses pembelajaran serta penelitian pada fakultas serupa di seluruh Indonesia, termasuk rekomendasi kebijakan-kebijakan ekonomi makro.

“Pembangunan ekonomi secara sistematis kurang lebih telah berumur sekira 500 tahun. Kemajuan memang sudah dapat dicapai dari waktu ke waktu, tetapi diikuti juga dengan gelombang krisis yang terus berulang. Krisis ekonomi 1997/1998 dan juga krisis 2008, termasuk multikrisis akibat pandemi covid-19 begitu kita rasakan hingga saat ini,” katanya.

Masih kata Rektor, Jika dilihat dari jumlah peneliti di Indonesia, Indonesia masih sangat rendah dibanding negara lain.

Jumlah peneliti di Indonesia hanya sebanyak 216 pada tahun 2018, sedangkan Cina dan Rusia jumlah penelitinya masing-masing berurutan sebanyak 1.307 dan 2.784 per satu juta penduduk pada tahun 2018.

BACA JUGA:Peneliti Khawatir Penyebaran Covid-19 Subvarian Centaurus Lebih Cepat

“Indonesia tertinggal jauh dibanding ketersediaan peneliti di Jepang dan Korea Selatan pada tahun 2018, yakni berurutan sebanyak 5.331 dan 7.980. Hal ini dilihat dari UNESCO Institute for Statistics, 2016-2018. Bahkan di Asia Tenggara, Jumlah peneliti di Indonesia masih jauh tertinggal dibanding Singapur, Malaysia dan Vietnam,” ucapnya.

Demikian pula, ketersediaan ilmuwan dari lulusan pendidikan tinggi di bidang sains, teknologi, teknik, dan matematika (STEM) di Indonesia juga masih rendah.

Persentase lulusan bidang STEM di Indonesia pada tahun 2016 sebanyak 18,62%; 2017 sebanyak 18,55%; dan 2018 meningkat menjadi 19,42%.

Situasi ini tergolong rendah dibandingkan negara seperti India dan Rusia pada tahun 2018.

BACA JUGA:ICRAF Panggil Lulusan Muda Perguruan Tinggi Jadi Peneliti Lanskap

“Saat ini, kita ketahui bersama bahwa Peran Peneliti dan ilmuan dalam pembangunan ekonomi Indonesia sangat diperlukan. Melalui AFEBI ini mudah-mudahan dapat melahirkan para peneliti dan juga ilmuan-ilmuan khusunya di bidang ekonomi yang turut mendukung pembangunan ekonomi Indonesia,” harapnya. (rilis)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: