Susuri Riwayat Sungai Komering dengan Perahu Ketek
Tim Peneliti UT Palembang menelusuri Sungai Komering dengan ketek bersama tokoh Masyarakat Komering. Selasa, 20 September 2022. -Tim Penelitian UT Palembang-palpres.com
BACA JUGA:Candi Bumi Ayu Kembali Dipromosikan di Festival Sriwijaya
“Salah satu yang menyongkong ramainya pelayaran dan perdagangan di Sungai Komering waktu itu.
Menurut hemat saya, mudah dan murahnya moda transporasi sungai dibanding darat pada waktu itu yang menyebabkan transportasi sungai masih menjadi pilihan.
Sejak tahun 1920 hingga 1942, Belanda memang terus membangun dan merenovasi jalan Komering dalam menunjang perekonomian yang salah satunya ditujukan untuk membuka akses ke daerah transmigrasi Belitang.
Jalan darat ini ditopang oleh Jembatan Gunung Batu yang sangat mirip dengan Wilhemina Brug di Kertapati, “ kata Sejarawan Palembang, Kemas Ari Panji.
BACA JUGA:Pekan Adat dan Sriwijaya Travel Fair 2022 Resmi Dibuka
Namun karena jalan darat lewat Jalan Komering, mobil dan daya angkutnya masih terbatas, Sungai Komering masih menjadi urat nadi transportasi masyarakat waktu itu.
“Apalagi kapal Roda Lambung berkembang sejak tahun 1912 dengan membuka jalur transportasi Sungai Komering hingga ke Kota Martapura,” ingat Kemas Ari Panji, kandidat Doktor dan juga dosen UIN RF Palembang.
Tim Peneliti UT Palembang menelusuri Sungai Komering dengan ketek bersama tokoh Masyarakat Komering, Selasa, 20 September 2022
Namun perlahan memasuki tahun 1980-an transportasi Sungai Komering mengalami kemunduran.
BACA JUGA:Hakim Raja Jaga Kedaulatan Kedatuan Sriwijaya
Terlebih pembangunan Bendungan Irigasi Upper Komering tahap I tahun 1990-an dan tahap II tahun 2000-an, Sungai Komering mengalami pendangkalan luar biasa.
“Ya, bendungan ini berdampak besar ke pendangkalan Sungai Komering, terutama jalur Sungai Komering dari Muncak Kabau ke ilirnya.
Sekarang terbentuk delta-delta pasir yang kadang menggunung di Sungai Komering.
Dampak besarnya, selain pada pelayaran juga tentu bagi vegetasi, terutama perikanan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: tim peneliti ut palembang