Honda

Tinggal di Kota Ini, Warga Miskin Menikmati Air PDAM Gratis

Tinggal di Kota Ini, Warga Miskin Menikmati Air PDAM Gratis

Pemkot Surabaya menggratiskan air PDAM bagi warga miskin dengan kriteria tertentu.-okes.disway.id-

BACA JUGA:Viral! Video Banjir Bandang Terjang Jeddah, 2 Orang Tewas

Pemakaian 11 sampai 20 m3 biaya Rp600 per m3, pemakaian 21 sampai dengan 30 m3 biaya Rp1.200. 

Ketiga, biaya pemakaian air di atas 30 m3/bulan (200 liter/orang/hari), mengikuti tarif SK Gubernur Jawa Timur Nomor 187/2021 yaitu Rp2.600/m3. 

"Terakhir, standar SNI (Standar Nasional Indonesia) konsumsi air bersih kota metropolitan dengan penduduk > 1 juta jiwa, adalah 150 liter/orang/hari (Rp22.500 liter per bulan)," ucapnya. 

Terkait angka yang sudah ada yakni Rp2.659 per meter kubik (batas bawah), Wisnu mengatakan angka itu yang menjadi referensi PDAM.

"Keputusan akhir siapa yang disubsidi dan berapa besar subsidi menjadi hak sepenuhnya Wali Kota Surabaya." 

"Kapan ditetapkan juga merupakan hak beliau (wali kota) karena batas akhir penetapan adalah akhir November ini," katanya.

Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi sebelumnya mengatakan bakal menggratiskan air bersih PDAM bagi warga miskin atau masyarakat kurang mampu. 

"Jadi, selama ini terbalik, orang tidak mampu menyubsidi orang mampu. Berarti, ke depan, warga yang mampu menyubsidi warga tidak mampu. Warga mampu seharusnya bayar lebih mahal dari warga kurang mampu, ini yang saya minta ke PDAM," katanya. 

Menurut Cak Eri, kebijakan tersebut segera diterapkan Pemerintah Kota Surabaya ketika tarif air bersih PDAM mulai disesuaikan. 

Menurut Eri, tarif air PDAM sejak 2005 tidak pernah mengalami kenaikan. 

Untuk batas bawah sebesar Rp600 per meter kubik. 

Menurut dia, besaran tarif yang sama antarpelanggan kelompok I tersebut merugikan warga miskin.

"Karena harga PDAM warga miskin atau pra-miskin (pendapatan rendah) dengan warga pendapatan tinggi itu tidak ada bedanya, bedanya sedikit." 

"Padahal, terkait NJOP (Nilai Jual Objek Pajak) dan PBB (Pajak Bumi dan Bangunan) antara rumah perkampungan dengan rumah klaster itu selisihnya jauh," kata Cak Eri. * 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: