Honda

Sampir Perahu Keris Palembang, Simbol Mobilitas di Perairan

Sampir Perahu Keris Palembang, Simbol Mobilitas di Perairan

Perajin Keris Palembang, Heri Sutanto saat menjelaskan Sampir Perahu di Keris Palembang sebagai Simbol Mobilitas di Perairan-Foto: Alhadi Farid/palpres.com-

Perajin Keris Palembang Tinggal Tiga Orang

PALEMBANG, PALPRES.COM – Keberadaan Keris Palembang tidak banyak dikenal oleh luas masyarakat. Padahal senjata ini pernah berjaya pada masa Kesultanan Palembang Darussalam, salah satu identitas Keris Palembang terlihat pada sampir berbentuk perahu yang melambangkan mobilitas transportasi air.

Hal ini diungkap perajin Keris Palembang, Heri Sutanto kepada Palpres.com. Dia menjelaskan, senjata yang menjadi simbol kehormatan ini secara perlahan hilang setelah pembubaran Kesultanan Palembang Darussalam pada tahun 1823, tepatnya pada masa Susuhunan Husin Dhiauddin. Saat itu, Belanda melarang masyarakat membuat keris karena dikhawatirkan akan melawan.

“Secara de facto, Belanda memang menguasai Palembang. Namun secara psikologi Belanda tidak bisa menguasai masyarakatnya. Oleh sebab itulah diangkat Pangeran Krama Jaya sebagai Perdana Menteri Belanda untuk mengayomi masyarakat agar bisa diatur. Dalam perjalanannya, Pangeran Krama Jaya juga memberontak Belanda sehingga sejak saat itu pembuatan senjata keris dilarang kecuali untuk pertanian,” jelasnya.

Akibat pelarangan itu, aku Cek Heri (sapaan Heri Sutanto, Red), empu Keris Palembang sudah tidak ada lagi terutama pembuat bilah atau mata keris. Saat ini hanya ada tiga orang yang membuat gagang atau hulu dan warangka Keris Palembang.

BACA JUGA:Keris Palembang, Pengaruh Demak dan Bugis

“Boleh dikatakan hampir tidak ada lagi, terutama pembuat hulu berbentuk Kepala Burung ini, kecuali saya. Memang kelemahan dalam membuat Keris Palembang ini ada pakem-pakem yang hilang,” jelasnya.

Meski demikian, ada beberapa ciri khas Keris Palembang yang mencolok seperti gagang dengan kemiringan 84 hingga 90 derajat, sampir berbentuk kapal dan perahu bulan sehari serta cincin lebih panjang mirip gunung.

“Keris Jawa cincinnya lebih pendek, kebanyakan polosan. Sementara Keris Palembang cincinnya gunungan dan gagangnya miring ke kanan seperti orang yang sedang duduk tahiyat,” katanya.

Diakuinya, kendala yang dihadapi perajin saat ini terletak pada bahan yang sulit didapat. Khusus Keris Palembang biasanya menggunakan kayu kemuning. “Kita berharap workshop ini bisa mengenalkan kembali Keris Palembang kepada generasi muda,” harap Cek Eri.

BACA JUGA:3 Keris Pangeran Djaja Pati Kerama Djaya Dihibahkan

Diketahui, Keris adalah senjata, sekaligus karya seni yang bernilai tinggi. Fungsi keris mengalami perubahan, dari yang semula sebagai senjata kemudian berubah menjadi benda keramat, pusaka yang dipuja, lambang ikatan keluarga, tanda jasa, tanda pangkat atau jabatan, kemudian yang terakhir sebagai barang seni dan cindera mata.

Keris sebagai karya seni mempunyai nilai seni pada keindahan bentuk dan bahan yang dipakai serta proses pembuatannya yang memerlukan waktu lama, ketekunan dan ketrampilan khusus.

Orang yang memiliki cita rasa (taste) seni tinggi niscaya mengagumi keris sebagai artifak budaya yang berharga. Sebagai artifak budaya, keris adalah warisan khas kebudayaan Nusantara dan juga Melayu.

Penggunaan keris sendiri tersebar di masyarakat rumpun Melayu. Oleh karena itu, keris lazim dipakai orang di Riau, Bugis, Jawa dan Bali sebagai pelengkap busana mereka. Seiring berjalannya waktu, keris kemudian menyebar ke kawasan lain di Asia Tenggara, terutamanya yang mempunyai asas kebudayaan Melayu, seperti Malaysia, Brunei, Filipina Selatan, Singapura dan Thailand Selatan.

BACA JUGA:Letkol Erwin Dihadiahi Keris Kyai Carubuk, Konon Keris ini dari Sunan Kali Jaga

Keris selain digunakan sebagai senjata, juga sering dianggap memiliki kekuatan supranatural. Senjata ini sering disebut-sebut dalam berbagai legenda tradisional, seperti keris Mpu Gandring dalam legenda Ken Arok dan Ken Dedes.

Bahkan ada sebuah kisah tentang keris dengan latar kerajaan Majapahit yang mengambil perspektif dari kebudayaan Melayu.

Keris sudah digunakan oleh orang Melayu sejak zaman pemerintahan Kesultanan Melayu, lebih daripada 800 tahun yang lalu terutamanya di kalangan pendekar, pahlawan serta kalangan pembesar istana.

Keris juga merupakan salah satu alat kebesaran bagi raja-raja atau lambang kekuasaan/kedaulatan.

BACA JUGA:Tombak Temuan Sungai Musi, Pelengkap Koleksi Pusaka

Sejarah keris Melayu mempunyai cerita yang panjang. Bisa dikatakan permulaannya dari Tanah Jawa.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: