Kaesang dan Erina Gelar Acara Nikahan di Jogja, ini Makanan Khas Daerahnya
Gudeng kuliner khas jogjakarta-wikipedia-
PALEMBANG, PALPRES.COM - Teman-teman tgl 8-11 Desember nnti akan di Gelar serangkaian acara dengan adat jawa jogja Acara pernikahan Kaesang Putra Presiden Joko widodo denga Erina Sofia Gundono
Tempat Pernikahan Kaesang dan Erina untuk rangkaian acara mulai dari pengajian, acara adat, akad nikah hingga resepsi akan dilangsungkan di Jogja-Solo.
Nah jangan-jangan teman-teman ada undangannya nih dari kaesang, kalau sudah ada di kota ini jangan lupa icip-icip kuliner khas jogja ini, berikut macam-macam kulinernya;
1. Gudeg
Gudeg adalah hidangan khas Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terbuat dari nangka muda yang dimasak dengan santan. Perlu waktu berjam-jam untuk membuat hidangan ini. Warna coklat biasanya dihasilkan oleh daun jati yang dimasak bersamaan
BACA JUGA:Selain Good Looking, 5 Artis Terkenal Ini Berdarah Palembang
Makanan ini memiliki cita rasa manis dan gurih yang menggoyang lidah, Menu khas ini dibuat dari nangka muda yang dimasak menggunakan santan dalam waktu yang cukup lama. Memiliki rasa yang cenderung manis, menjadikan gudeg digemari banyak orang.
Untuk gudeg asal Yogyakarta memiliki sajian cenderung kering dan tahan lama dibandingkan gudeg asal Solo atau daerah lainnya.
2. Sate Klatak
Banyak yang mengira kalau sate klatak adalah sate katak, karena namanya yang memang terdengar seperti katak. Padahal, sate ini dibuat dari daging kambing yang dibumbui sejumlah rempah, kemudian ditusuk menggunakan jeruji besi, bukan tusuk sate biasa yang terbuat dari bambu.
BACA JUGA:Tak Kalah dengan Luar Negeri, Palembang Juga Punya 5 Tempat Streat Food yang Hits Loh!
Sate klatak dianggap sebagai makanan khas Yogyakarta yang unik karena menggunakan jari-jari roda sepeda untuk tusukannya.
Tak sembarang asal pakai, jeruji besi dipilih karena dianggap mampu menghantarkan panas dengan baik. Dengan begitu, saat proses pembakaran sate, bagian dalam daging juga matang sempurna Sate klatak dianggap sebagai makanan khas Yogyakarta yang unik karena menggunakan jari-jari roda sepeda untuk tusukannya.
Tak sembarang asal pakai, jeruji besi dipilih karena dianggap mampu menghantarkan panas dengan baik. Dengan begitu, saat proses pembakaran sate, bagian dalam daging juga matang sempurna
BACA JUGA:Mengenal 5 Tradisi di Sumatera Selatan yang Kamu Harus Tahu
3. Tengkleng Gajah.
Nama Tengkleng Gajah merujuk pada ukuran atau porsi penyajiannya yang besar, sehingga disebut dengan porsi gajah. Makanan khas Yogyakarta satu ini merupakan olahan tulang daging kambing yang mempunyai ukuran besar, sehingga diijuluki sebagai tengkleng gajah.
Tulang kambing yang disajikan pada tengkleng juga masih menempel beberapa daging-daging, serta sumsum yang tersembunyi di dalam tulang.
Tenang namannya tengkleng gajah, bukan berarti daging gajah melainkan makanan sejenis sup dan gulai berisikan daging, jeroan, dan tulang kambing.
BACA JUGA:Cindo Nian, 5 Artis Cantik Ini Ternyata Berdarah Palembang
4. Oseng Mercon
Untuk penggemar kuliner pedas bisa mencoba oseng-oseng mercon. Salah satu yang ramai dikunjungi wisatawan adalah Oseng Mercon Bu Narti. Nama Oseng Mercon dipakai karena makanan ini memiliki tingkat kepedasan yang luar biasa seakan meledak di mulut saat memakannya. Makanan asli Indonesia ini pertama kali dibuat oleh ibu Narti pada 1997.
Semula, menu ini hanya dijajakan di warung tenda milik ibu Narti dan terletak di pinggir jalan. Nama dan rasanya yang unik membuat warung tenda ibu Narti dikenal sebagai warung oseng-oseng mercon Bu Narti.
Oseng mercon sendiri merujuk pada hidangan berbahan dasar tetelan daging sapi atau koyor yang dimasak dengan cara dioseng alias ditumis. Tetelan sapi tersebut kemudian dibumbui berbagai rempah dan didominasi cabai rawit, sehingga memberikan cita rasa sangat pedas. Selain tetelan daging, oseng mercon juga memasukkan bahan lain seperti daging ayam, jeroan, ati ampela, dan kikil.
BACA JUGA:5 Rekomendasi Warung Soto Legendaris di Palembang
5. Tiwul
Kuliner khas Yogyakarta selanjutnya adalah Nasi Tiwul. Makanan ini berasal dari Kabupaten Gunungkidul. Olahan pengganti nasi ini terbuat dari singkong dan muncul pada zaman penjajahan Jepang. Saat itu harga beras cukup mahal dan membuat masyarakat sulit untuk membelinya, alhasil muncul inovasi menu pengganti nasi, yaitu tiwul.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: