Mengenal Silsilah Kesultanan Palembang, Didirikan Sultan Susuhunan Abdurrahman
Sultan Palembang Darussalam, Sultan Iskandar Mahmud Badaruddin saat menjelaskan silsilah Kesultanan Palembang--doc palpres.com
PALEMBANG, PALPRES.COM – Kejayaan Kesultanan Palembang Darussalam tidak terlepas dari sejarah Kota Palembang. Meski masa Kesultanan Palembang berakhir setelah Kolonial Belanda pada 1823, sejarahnya tetap harus dipahami kaum milenial.
Sebagai upaya pelestarian dan kelurusan sejarah ini, menggugah Sultan Iskandar Mahmud Badaruddin menceritakan sejarah Kesultanan Palembang Darussalam kepada tim Palpres.com dalam program Podcast Cuko Pedes secara eksklusif.
“Institusi Kesultanan Palembang Darussalam memang sudah fakum sejak tahun 1823, hampir 60 hingga 70 persen adat dan budaya sudah punah seperti bebaso, membuat keris sampai tradisi mandi simburan pada pesta perkawinan. Kita sebagai pelaku lestari adat Kesultanan Palembang harus melestarikan adat dan budaya selama tidak bertentangan dengan Islam,” terang Sultan Palembang Darussalam, Sultan Iskandar Mahmud Badaruddin.
Dia menjelaskan, Kesultanan Palembang Darussalam didirikan oleh Sultan Susuhunan Abdurrahman Khalifatul Mukminin Sayyidul Imam bin Pangeran Sido Ing Pasarean, yang berkuasa sejak 1659-1706.
BACA JUGA:Mengenal 3 Tradisi Kesultanan Palembang yang Wajib Di lestarikan
Keraton sultan sendiri berada di Kuto Gawang yang kini dibangun PT Pusri. Pada masa kesultanan ini terjadi peperangan dengan nama Perang Kuto Gawang.
“Pendiri Kesultanan Palembang Darussalam dimakamkan di dekat Pasar Cinde. Oleh karena itu, saya sangat menentang saat revitalisasi Pasar Cinde, jangan sampai merusak komplek makam pendiri Kesultanan Palembang Darussalam,” kenangnya.
Setelah masa Sultan Susuhanan Abdurrahman, selanjutnya Kesultanan Palembang Darussalam dinobatkan kepada anaknya bernama Sultan Muhammad Mansyur Jayo Ing Lago bin Sultan Susuhunan Abdurrahman Khalifatul Mukminin Sayyidul Imam.
Selama berkuasa selama 8 tahun, 1706-1714, Sultan Mansyur menobatkan anaknya Pangeran Purbaya Raden Abu Bakar untuk meneruskan tahta. Namun sebelum diserahkan, Raden Abu Bakar meninggal dunia menjelang dilantik.
BACA JUGA:Keren! 5 Tradisi Musi Banyuasin Ini Masih Tetap Lestari Hingga Kini
“Kemudian Sultan Mansyur berwasiat, sepeninggalnya (setelah wafat, red) akan diteruskan kepada adiknya bernama Sultan Agung Komaruddin Sri Teruno bin Sultan Susuhunan Abdurrahman Khalifatul Mukminin Sayyidul Imam yang berkuasa tahun 1714 hingga 1724. Sultan Agung Komaruddin dimakamkan dekat Masjid Agung,” jelasnya.
Selanjutnya, sambung Sultan Iskandar, Kesultanan Palembang Darussalam kembali beralih ke anak istrinya lain dari silsilah Sultan Muhammad Mansyur Jayo Ing Lago bernama Sultan Muhammad Anom Alimudin, 1724-1728.
Namun Sultan Anom Alimudin tidak memerintah atau berkuasa. Tahta Kesultanan Palembang Darussalam dinobatkan kepada Sultan Mahmud Badaruddin Jayo Wikramo.
Selama berkuasa 34 tahun, Sultan Jayo Wikramo dikenal sebagai penggerak pembangunan. Bahkan pada masa Sultan Jayo Wikramo, sultan membangun kawasan yang menjauh dari Sungai Musi yang kini dikenal Jalan Masjid Lama, Jalan Segaran, Jalan Sayangan, hingga Masjid Agung. Tujuan agar Belanda kesulitan meluncurkan senjata dari Sungai Musi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: palpres.com