Gunung Anak Krakatau Semburkan Abu Setinggi 100 Meter
Erupsi Gunung Anak Krakatau melontarkan abu setinggi 100 meter-Magma Indonesia-magma.esdm.go.id
BACA JUGA:Ini 4 Daerah Terkaya di Provinsi Bangka Belitung
Menurut Profesor Ueda Nakayama, salah seorang ahli gunung api berkebangsaan Jepang, sebagaimana dikutip dari Situs Wikipedia Indonesia, Anak Krakatau masih relatif aman meski aktif dan sering ada letusan kecil.
Hanya ada saat-saat tertentu para turis dilarang mendekati kawasan ini, karena bahaya lava pijar yang dimuntahkan gunung api ini.
Para pakar lain menyatakan, tidak ada teori yang masuk akal tentang Anak Krakatau yang akan kembali meletus.
Kalaupun ada minimal 3 abad lagi atau sesudah 2325 M.
Namun yang jelas, angka korban yang ditimbulkan lebih dahsyat dari letusan sebelumnya.
Anak Krakatau saat ini secara umum oleh masyarakat lebih dikenal dengan sebutan "Gunung Krakatau" juga, meski sesungguhnya adalah gunung baru yang tumbuh pasca letusan sebelumnya.
Gunung Anak Krakatau memiliki sejarah panjang letusan dari sejak zaman purba.
Pada masa purba terdapat gunung yang sangat besar di Selat Sunda yang akhirnya meletus dahsyat yang menyisakan sebuah kaldera (kawah besar) yang disebut Gunung Krakatau Purba, yang merupakan induk dari Gunung Krakatau yang meletus pada 1883.
BACA JUGA:Punya Anak Balita, Segera Daftar BLT PKH Biar Dapat DANA Bansos Rp3.000.000, Cek Syaratnya
Gunung Krakatau Purba hancur menyisakan kaldera (kawah besar) di Selat Sunda.
Sisi-sisi atau tepi kawahnya dikenal sebagai Pulau Rakata, Pulau Panjang (Rakata Kecil) dan Pulau Sertung.
Pulau Rakata, yang merupakan satu dari tiga pulau sisa Gunung Krakatau Purba kemudian tumbuh sesuai dengan dorongan vulkanik dari dalam perut bumi yang dikenal sebagai Gunung Krakatau (atau Gunung Rakata).
Setelah meletusnya Gunung Krakatau, muncul gunung api yang dikenal sebagai Anak Krakatau dari kawasan kaldera purba tersebut yang masih aktif dan tetap bertambah tinggi tersebut.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: jpnn.com