Honda

Adanya di Nigeria: Makoko Kota Terapung Terkumuh di Dunia, Airnya Hitam dan Berminyak, tapi Ramai Wisatawan

Adanya di Nigeria: Makoko Kota Terapung Terkumuh di Dunia, Airnya Hitam dan Berminyak, tapi Ramai Wisatawan

Kodisi pemukiman warga di Makoko Nigeria--

LUBUKLINGGAU, PALPRES.COM- Sedari dulu laut menjadi salah satu lokasi tumpuan hidup manusia, disana tempat manusia mencari makan, beraktifitas dan bahkan berkembang biak.

Makoko merupakan sebuah pemukiman yang terletak di kawasan Lagos Nigeria yang dijuluki sebagai Venesia dari Afrika, fakta dilapangan memperlihatkan bahwa daerah ini bukannya memiliki pemandangan indah dan romantis. 

Namun, kawasan yang berada di tepi pantai laut Samudra Atlantik ini justru menyajikan pemandangan kumuh, bahkan kondisi lingkungan di sekitar pemukiman sangat menyedihkan. 

Selain itu warna air di Laguna terlihat menghitam dan berminyak yang menyebarkan bau menyengat yang menggambarkan kondisi air yang tidak sehat, apalagi ditambah dengan limbah dapur yang berserakan di sekitar gubuk-gubuk kayu yang terapung, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa satu-satunya kesamaan antara makoko dan Venesia adalah bahwa keduanya sama-sama identik dengan air.

BACA JUGA:Benarkah Perkutut Katuranggan Buntel Mayit Pembawa Sial? Cek Faktanya di Sini

Makoko merupakan pemukiman nelayan informal yang tidak memiliki catatan sensus resmi, karena itu tidak ada catatan pasti mengenai jumlah penduduk di kawasan ini, tapi diperkirakan Makoko dihuni oleh sekitar 150 ribu hingga 250 jiwa, serta hanya memiliki akses kepada hanya satu sekolah dasar berbahasa Inggris yang terletak di tengah kawasan ini.

Makoko terbentuk pada abad ke-18 sebagai desa nelayan kecil, lalu menyebar dengan cepat hingga membentuk pemukiman besar, seperti saat ini pemukiman di Makoko menjadi rumah bagi ratusan ribu pekerja migran yang berasal dari negara Afrika Barat yang mencari nafkah di Nigeria. 

Dimana sebagian besar dari mereka bergantung pada sektor penangkapan ikan air, yang tidak terpisahkan dari kehidupan masyarakat di Makoko, karena itu semua bangunan di kawasan ini bertumpu pada rumah panggung yang dibangun dari kayu yang ditancapkan jauh ke dalam dasar air.

Pada umumnya rumah-rumah di Makoko dihuni sekitar 6 sampai 10 orang, dimana masing-masing rumah di kawasan ini memiliki sebuah perahu yang difungsikan sebagai sarana transportasi di sekitar pemukiman.

BACA JUGA:Uang Rp500 di Kota Ini Masih Ada Nilai, Bisa Beli Makanan Legendaris Loh, Ini Dia 3 Kota Makanan Paling Murah! 

Perahu kayu menjadi satu-satunya transportasi untuk menjangkau setiap tempat di pemukiman terapung ini, bahkan perahu sederhana ini juga digunakan untuk memancing dan berfungsi sebagai tempat jualan, begitu lekatnya kehidupan warga Makoko dengan air sehingga anak-anak di kawasan ini mulai belajar mendayung perahu kayu saat usia mereka masih 5 tahun.

Karena mendayung adalah keterampilan utama yang diperlukan untuk bisa bertahan hidup di kawasan kumuh ini, selama berpuluh-puluh tahun lamanya Makoko tidak memiliki infrastruktur dasar untuk dikatakan sebagai pemukiman layak huni, permukiman ini bahkan tidak memiliki akses fasilitas dasar seperti air minum bersih, listrik dan pembuangan limbah.

Akibatnya membuat warganya rentan terhadap bahaya lingkungan serta kesehatan jamban komunal yang digunakan bersama-sama, ditambah dengan air limbah yang mengalir langsung pada perairan tempat mereka tinggal menjadikan air di kawasan ini tidak dapat lagi mendukung kehidupan laut.

Sementara itu, di sisi lain satu-satunya cara untuk mendapatkan air bersih dengan membeli dari vendor yang mendapatkannya dari lubang bor, sedangkan pemerintah setempat memang dengan sengaja tidak memberikan air bersih gratis untuk warga Makoko karena dianggap hunian ilegal.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: