Honda

Mengulik Batu Patok di Mojokerto, Tersimpan Kisah Misteri Mahapatih Gajah Mada Ucapkan Sumpah Palapa

Mengulik Batu Patok di Mojokerto, Tersimpan Kisah Misteri Mahapatih Gajah Mada Ucapkan Sumpah Palapa

Ilustrasi batu patok di Mojokerto yang tersimpan misteri Mahapatih Gajah Mada ucapkan Sumpah Palapa-wikipedia-

PALPRES.COM - Batu miring yang dikenal sebagai Batu patok gajah yang berada di Kompleks Pendopo Agung Kecamatan Trowolan, Kabupaten Mojokerto dipercaya menyimpan kisah yang hingga kini masih misteri.

Batu miring berbentuk segi enam tersebut konon ditancapkan oleh Patih Gajah Mada, setelah mengucapkan Sumpah Palapa.

Menurut legenda, Mahapatih Gajah Mada sengaja menancapkan batu yang miring itu untuk menunjukkan kesaktiannya di depan para pembesar Majapahit.

Batu miring tersebut juga disebut-sebut tidak berpangkal, lantaran segala upaya untuk mencabut atau memindahkan batu miring itu selalu tidak berhasil.

BACA JUGA:Undangan Pos Siap, BLT El Nino Besok Cair Langsung 2 Bulan, Simak 6 Hal Ini Jelang Pencairan!

BACA JUGA:Siapkan Kartu KKS Anda, Bansos PKH dan BPNT Cair Lagi Besok di KKS Bank Ini

Bahkan pernah diturunkan alat berat sekalipun tidak membuahkan hasil.

Batu patok gajah atau batu miring itu berada di kawasan Kompleks Pendopo Agung Desa Sentororejo, Kecamatan Trowolan, Kabupaten Mojokerto.

Ada juga yang meyakini, jika batu patok itu tembus ke area kolam Segaran, yang jaraknya sekitar 400 meter sebelah utara Pendopo Agung.

Prediksi sekaligus keyakinan itu karena batu patok itu miringnya mengarah ke kolam Segaran jika ditarik garis lurus.

BACA JUGA:Cantiknya Awet, Ini 6 Merek Cushion Terbaik untuk Wajah, Make Up Lebih Sempurna Hasilnya Glowing

BACA JUGA:Rekomendasi Buat Liburan Akhir Tahun, Hanya 1 Jam dari Kota Palembang, Ini 5 Tempat Wisata di Prabumulih

Kondisi batu miring 45 derajat ini sangat terawat hingga saat ini.

Tempat ini juga menjadi lokasi ritual sejumlah pengunjung.

Sebab di area ini terdapat cok bakal dan sisa-sisa pembakaran dupa.

Lokasi batu patok ini juga konon merupakan tempat Mahapatih Gajah Mada mengucapkan Sumpah Palapa.

BACA JUGA:Habiskan Dana Pinjaman Senilai Rp780 Miliar, Bendungan Raksasa di Sulawesi Selatan Malah Menyusut, Kok Bisa?

BACA JUGA:Gulai Belacan, Hidangan Lezat Khas Riau yang Menggugah Selera, Tertarik Mencoba?

Dalam keterangan yang ada di area lokasi disebutkan batu miring pertama kali ditampakkan kembali saat ekskavasi pada tahun 1927 oleh Ir Hendri Maclaine Pont, seorang arsitektur berkebangsaan Belanda.

Lalu pada tahun 1976 hingga 1980 dilakukan penelitian atas batu miring tersebut.

Pada tahun 1982 penelitian tersebut kembali dilakukan dan akhirnya batu patok gajah teregistrasi sebagai situs cagar budaya pada tahun 1993.

Tercatat, batu patok tersebut merupakan batu adesit.

BACA JUGA:Jangan Panik Jika Kartu ATM Tertelan, Ini 5 Cara Mengeluarkan dengan Mudah

BACA JUGA:Tersimpan Misteri, Penemuan Pedang Naga Puspa yang Tertancap Dalam Goa Peninggalan Jepang

Sepanjang 134 sentimeter dan tinggi 81 sentimeter dari permukaan tanah, sedangkan garis tengahnya 37 sentimeter.

Dalam tulisan itu juga disebutkan, jika batu miring tersebut merupakan tempat untuk mengikat gajah warna putih, itulah dinamakan batu patok gajah.

Gajah warna putih dimaksud bukanlah gajah yang ditunggangi orang sembarangan di masa kerajaan Majapahit kala itu.

Melainkan tunggangan Ratu Tribuana Tungga Dewi yang merupakan hadiah dari Kerajaan Champa, kerajaan yang sekarang di wilayah Vietnam.

BACA JUGA:Undangan Pos Siap, BLT El Nino Besok Cair Langsung 2 Bulan, Simak 6 Hal Ini Jelang Pencairan!

BACA JUGA:Mengenal Kancil, Pelanduk Kecil Asli Indonesia, Samakah Seperti Dongengnya?

Kerajaan Champa sendiri kemudian menjadi kerajaan taklukan Majapahit, saat masa Mahapatih Gajah Mada.

Sementara Pendopo Agung Trowolan yang diyakini sebagai salah satu peninggalan Kerajaan Majapahit, mengalami pembangunan kembali antara tahun 1964-1973 oleh Kodam VBrawijaya melalui Yayasan Bina Mojopahit atau Majapahit.

Arsiterktur bangunan Pendopo Agung bergaya Joglo dengan tiang utama berdasarkan hukum umpak batu dari zaman Majapahit.

Setiap tanggal 1 Suro atau Muharram, Pendopo Agung menjadi tuan rumah untuk prosesi Grebek Suro, termasuk kirab pusaka, pentas seni rakyat dan pagelaran wayang kulit. *

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: