Inilah Peluncur Roket Katyusha, Senjata Mematikan Uni Sovyet yang Bikin Nazi Kalang Kabut di Perang Dunia II
Inilah peluncur Roket Katyusha, senjata Uni Sovyet paling ditakuti Nazi di Perang Dunia II.-wikimedia.org-
PALEMBANG, PALPRES.COM - Pasukan Nazi Jerman dibuat kalang kabut saat menghadapi tentara Uni Sovyet yang menggunakan peluncur roket
Katyusha dalam perang Dunia II.
Senjata mematikan ini awalnya dikembangkan pada tahun 1938 dan segera menjadi salah satu senjata yang paling terkenal dan efektif dalam perang.
Peluncur roket Katyusha didesain dengan menggunakan sejumlah besar tabung peluncuran yang dipasang pada kendaraan seperti truk atau kendaraan lapis baja ringan.
BACA JUGA:Kisah Mao Zedong, Pendiri Republik Rakyat Tiongkok
Setiap tabung peluncuran diisi dengan roket yang dapat diluncurkan secara serentak, sehingga memberikan serangan yang cukup mendalam dalam waktu singkat.
Keuntungan utama dari Katyusha adalah kemampuannya untuk menembakkan banyak roket sekaligus, dengan menjaga jarak yang aman antara kendaraan peluncur dan target.
Ini memungkinkan para operator untuk menghindari serangan balasan dari musuh, sambil memberikan serangan yang signifikan dan intensif dalam waktu yang relatif singkat.
Katyusha menggunakan roket dengan diameter sekitar 13 cm dan berbagai jenis hulu ledak yang ditujukan untuk berbagai macam target.
BACA JUGA:Seberapa Mengerikan Sih Segitiga Bermuda? Berikut Penjelasannya
Jangkauan jarak tembakannya berkisar antara 5 hingga 15 kilometer, dan bisa menimbulkan kerusakan besar terhadap pasukan musuh, kendaraan, dan posisi bertahan.
Roket Katyusha mampu memberikan serangan secara massal dan cepat, dengan kemampuan untuk menembakkan 48 hingga 60 roket dalam satu waktu dengan menggandeng serangkaian tabung peluncuran.
Ini memberikan kesan yang mengintimidasi dan melebihi kemampuan senjata konvensional pada saat itu.
Selama Perang Dunia II, peluncur roket Katyusha sering digunakan dalam serangan pembalasan dan serangan musim semi untuk mematahkan pertahanan musuh, menghancurkan posisi bertahan, dan merusak pembekalan logistik serta infrastruktur musuh.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: