Wisata Kuliner Palembang: Nasi Minyak, Asimilasi Budaya Melayu dan Arab Masa Kesultanan
Sejak masa Kesultanan Palembang Darussalam, Nasi Minyak amat digemari. -YouTube Mama ZidQueenEllo-
Atau acara lainnya seperti pesta perkawinan, syukuran, Idul Fitri, Idul Adha, dan sebagai sajian istimewa di bulan Ramadan.
Nasi minyak sendiri merupakan adaptasi dari Nasi Kebuli khas Timur Tengah, yang disesuaikan dengan lidah orang Indonesia kebanyakan.
BACA JUGA:4 Jenis Batu Akik Langka Kini Harganya Super Mahal, Nomor 3 Seharga Motor
Di Pulau Sumatera, Nasi minyak banyak ditemukan di Provinsi Sumatra Selatan dan juga di Provinsi Jambi.
Pada dasarnya nasi minyak yang ada di dua provinsi tadi sama.
Cuma perbedaannya adalah nasi minyak Jambi disantap bersama dengan kuah kari.
Sedangkan nasi minyak di Sumatera Selatan tidak.
BACA JUGA:12 Jenis Batu Akik Paling Cocok dengan Bulan Kelahiran Kamu, Setelah Itu Rasakan Khasiatnya
BACA JUGA:BLT El Nino Rp400.000 Cair Merata via Pos dan ATM, Pemilik BPJS Kesehatan KIS Juga Bisa Dapat
Untuk di Sumsel sendiri, sajian nasi minyak ini merupakan kuliner hasil asimilasi antara budaya lokal Melayu Palembang dan pendatang Arab yang banyak menetap di kawasan Pasar Kuto, Kota Palembang sejak zaman kesultanan.
Berbeda dari Nasi Kebuli yang memakai beras tertentu, nasi minyak bisa dibuat dengan beras lokal yang ada. Ya, lebih tepatnya menyesuaikan antara budget (keuangan), dan selera saja.
Menurut sejarahnya yang diambil dari beberapa sumber yang ada, Zaman dahulu, Palembang adalah tempat untuk perdagangan internasional, termasuk Tiongkok dan Arab.
Awalnya para migran tidak diizinkan untuk hidup daratan, sehingga mereka tinggal di pinggiran.
BACA JUGA:Belum Terima BLT El Nino? Mungkin Kamu Masuk 8 Kategori KK Ini
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: